INGATAN DAN LUPA
A. PENDAHULUAN
Ingatan
memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya memandang ingatan
sebagai hubungan pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan untuk
mengingat pada manusia, menunjukkan bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan
menimbulkan kembali apa yang pernah dialaminya. Apa yang telah pernah dialami
oleh manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya; dan bila
suatu waktu dibutuhkan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali.
Tetapi ini pun tidak berarti bahwa semua yang telah pernah dialami itu akan
tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali
atau dengan kata lain ada yang dilupakan
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Ingatan
Secara
sederhana, Irwanto mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan
informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. menurut
Walgito, Ingatan adalah kemampuan psikis untuk memasukan, menyimpan, dan
menimbulkan kembali hal-hal yang lampau . Sebagai suatu proses, memori
menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan
(storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving)
informasi mengenai pengalaman yang lalu.
Santrock
mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui
tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali
(retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock,
yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses
melalui tahapan : penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga
informasi yang masuk tidak terbuang secara sia-sia. Menurut Schelessinger dan
Groves, Ingatan adalah system yang berstruktur, yang menyebabkan organisme
sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk
membimbing perilakunya .
Dari
pengertian di atas setidaknya bisa kita simpulkan bahwa tahapan Ingatan ada 3,
yakni :
a.
Penkodean
Proses
pengubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang tertentu
yang sesuai dengan peringkat yang ada pada organisme.
a)
Penkodean dalam Ingatan
Sensori
Pada
saat melihat sesuatu atau telinga mendengar sesuatu, informasi dari
indera-indera akan diubah dalam bentuk impuls-impuls neural dan dihantar ke
bagian tertentu di otak. Proses ini berlangsung dalam waktu sepersekian detik.
Sinar yang mengenai retina diterima oleh reseptor-reseptor yang ada kemudian
sinar tersebut ditransformasikan bentuknya ke dalam impuls-impuls neural dan
dikirim ke otak.
b)
Penkodean dalam Ingatan
Jangka Pendek
Informasi
yang masuk melalui indera dan disimpan dalam ingatan sensori dapat dianggap
sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali. Jumlah yang banyak itu akan
diseleksi menurut beberapa cara dalam control proceses (proses-proses
pengendalian). Pertama, informasi yang masuk akan dirujukkan ke gudang
informasi dalam ingatan jangka panjang. Pada ingatan jangka panjang, pola-pola
informasi yang masuk dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada sebelumnya.
Dengan demikian, akan terpilih informasi yang sudah dikenal atau yang mempunyai
makna. Kedua, mekanisme lain yang digunakan untuk menyeleksi informasi adalah
attention (perhatian). Perhatian ini menyaring informasi yang masuk ke dalam
ingatan jangka pendek sehingga hanya sebagian kecil yang boleh lewat.
b.
Penyimpanan
Informasi
yang telah diubah akan dipertahankan pada tahap penyimpanan. Penyimpanan adalah
suatu proses mengendapkan atau menyimpan informasi yang diterima dalam suatu
tempat tertentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus mencakup kategorisasi
informasi sehingga tempat informasi disimpan sesuai dengan kategorinya.
Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem
penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh
organisme.
a) Penyimpanan
dalam Ingatan Sensori
Ingatan
sensori mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar, tetapi
informasi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam ingatan sensori akan mulai
menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali.
b) Penyimpanan
dalam Ingatan Jangka Pendek
Kapasitas
dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi
dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan jika informasi yang diterima
setelah 10 sampai 12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.
c) Penyimpanan
dalam Ingatan Jangka Panjang
Kapasitas
ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi
yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun
demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan
mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek.
Reorganisasi ini erat hubungannya dengan proses retrieval atau proses mengingat
kembali informasi yang telah disimpan
c. Pemanggilan
Kembali
Proses
mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang
disimpan dalam ingatan untuk digunakan kembali bila diperlukan.
2. Jenis-Jenis
Ingatan
a.
Memori atau ingatan sensorik, merupakan proses
menyimpan memori melalui saraf-saraf sensorik dalam waktu yang pendek.
b.
Memori atau ingatan jangka pendek sebagai ingatan yang
disimpan dalam waktu 20 detik atau lebih jika ingatan tersebut secara sadar
diulang-ulang.
c.
Memori atau ingatan masa panjang
Ingatan
jangka panjang merupakan penyimpanan informasi yang bersifat lebih
permanen.misalnya kenangan masa kecil
3. Macam-Macam Ingatan
Atkinson
dan Shriffin, mengembangkan suatu tahapan ingatan yang dikenal dengan
Three-Stage Model of Memory yang membagi ingatan manusia atas 3 jenis utama,
yaitu;
a. Ingatan
Sensori (Sensory Memory)
Proses
penyimpanan ingatan melalui jalur saraf-saraf sensori yang berlangsung dalam
waktu yang pendek. Informasi yang diperoleh melalui panca indera (penglihatan,
perabaan, penciuman, pendengaran, dan pengecapan) hanya mampu bertahan selama 1
atau 2 detik. Pernyataan ini didukung oleh Rathus, yang menyatakan bahwa
informasi yang pertama kali kita terima dari lingkungan dan diperoleh melalui
panca indera hanya mampu bertahan 1 detik. Informasi yang diterima dengan
indera penglihatan hanya mampu bertahan seperempat detik.
b. Ingatan
Jangka Pendek (Short Term Memory)
Adalah
suatu memori berkapasitas terbatas di mana informasi di pertahankan sekitar 30
detik . Ingatan jangka pendek disebut juga working memory karena informasi yang
disimpan hanya dipertahankan selama informasi masih diperlukan. Jika informasi
tidak diulang kembali dalam kurun waktu 30 detik, maka informasi pada ingatan
jangka pendek akan menghilang.
c. Ingatan
Jangka Panjang (Long Term memory)
Suatu
proses penyimpanan informasi yang relatif permanen dan biasanya menetap dalam
ingatan Individu tersebut.
4.
Metode
Mengingat
Teknik
ingatan adalah teknik memasukkan segala informasi yang kita peroleh ke dalam
otak sesuai dengan cara kerja otak. Pada dasarnya otak sangat menyukai dengan
hal-hal seperti, sesuatu yang tidak masuk akal dan berlebihan, penuh warna,
multi sensori atau melibatkan seluruh panca indera, menggunakan asosiasi,
imajinasi, humor, simbol dan lain sebagainya. Semakin kita bisa menggunakan
hal- hal tersebut, semakin maksimal pula kemampuan mengingat kita.
Adapun
beberapa metode mengingat, diantaranya yaitu:
1. Metode pengulangan
yang
di ulang-ulang akan semakin di ingat. Untuk salah satu strategi peningkatan
kemampuan memori adalah mengulang-ulang kembali. Ini selaras dengan teori
pembiasaan.
2. Teknik
Asosiasi
Teknik
asosiasi atau cantolan adalah bagaimana cara kita mengasosiasikan pelbagai hal
dalam memori kita. Kita dapat menggunakan asosiasi sederhana untuk mengingat
potongan-potongan informasi. Selain itu, teknik ini juga untuk mengajarkan
daftar informasi yang panjang, terutama saat kita ingin mengingat informasi
dengan urutan tertentu.
3. Sistem
Mata Rantai
Yang
di maksud dengan Sistem mata rantai adalah Informasi yang akan di ingat harus
mempunyai hubungan dengan yang lain . Metode ini juga disebut dengan metode
cerita, sebab dengan cerita ada item-item yang dihubungkan secara berurutan
baik dari depan maupun dari belakang dan akan mudah diingat.
4. Sistem Loci atau Lokasi
Dengan
metode ini, kita bisa mengasosiasikan informasi yang ingin kita ingat dengan
lokasi tertentu. Kita dapat mengingat informasi dengan mudah jika kita meletakkannya
di tempat tertentu.
5. Total
Story Technique (TST)
Teknik
ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita
hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras,
shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat,
tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk
hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan
beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok
yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah
menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti
tisu.
6. Total
Word Technique (TWT)
Pada
teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau
jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah
menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut
juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar
dapat diterima oleh otak kanan.Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai
dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars,
Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa
diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip
Nekad".
7. Total
Number Technique (TNT)
Teknik
ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal
angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan.
B. LUPA
1.
Pengertian
Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya
kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah
kita pelajari. Secara sederhana, Gulo dan Reber mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita .
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat.
Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang
lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau
atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja
dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang
itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan
sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal
mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu
retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal
yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak
dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi
Suryabrata, 2006: 47)
Lupa
ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang
ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai
suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan
kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah
(1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa
sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali
apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan
Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa
bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
2. Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna.
Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau
dilupakan.
Dewasa
ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan
dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah
digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu
terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap
begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Penghalusan: materi berubah bentuk
ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga
bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan: bagian-bagian yang paling
mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam
ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah
bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
3) Asimilasi: bentuk yang mirip botol
misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol.
Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang
asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita
ingat lagi.
3. Kalau mempelajari hal yang baru,
kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan
kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan
seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang
baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh
adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini
disebut hambatan proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini
disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa,
menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati
nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini
terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama
sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya
sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau
melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan
kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
3. Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu gejala di mana
informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.
Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory,
Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab
fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
a.
Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori
menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang
kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan
dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak
atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli
sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya
informasi.
b.
Teori interferensi
Teori
ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang
masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses
lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi
lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses
mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila
informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang
sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup
sehari-hari kita mengalami hal ini. Adalagi yang disebut interferensi proaktif,
yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses
mengingat informasi yang baru saja disimpan.
c.
Teori retrieval failure
Teori
ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk
mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat
kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian,
bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut
tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
d.
Teori motivated forgetting
Menurut
teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau
tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori
psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas,
jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan
masih selalu ada
e.
Lupa karena sebab-sebab fisiologis
Para
peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai
perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada
engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan
adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu,
yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan
adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia
anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan
faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para
pendidik.
4. Sebab Terjadinya Lupa
a.
Lupa dapat terjadi
karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada
dalam system memori siswa.
Dalam
interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
1.
practice interference.
2.
retroactive
interference.
Seorang siswa akan mengalami
gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam
subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa
ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran
yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang
waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat
sulit diingat atau diproduksi kembali.Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami
ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru materi yang baru kita
pelajari tidak dapat masuk ke dalam ingatan, karena terhambat oleh materi lain
yang sudah terlebih dahulu di pelajari . Dalam hal ini, materi pelajaran lama
akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa
tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.
b.
Lupa yang di akibatkan
represi. Tanggapan-tanggapan atau isi jiwa yang di tekan kedalam ketidak
sadaran .
c.
Lupa dapat terjadi
karena sebab perubahan sikapdan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar
tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar
dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka
materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
d.
Law of disuse, lupa
dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang
diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga
bercampur aduk dengan materi pelajaran baru .
e.
Lupa yang terjadi karena sebab perubahan urat
syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item
informasi yang ada dalam memori permanennya.
C.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Ingatan
adalah kemampuan psikis untuk memasukan, menyimpan, dan menimbulkan kembali
hal-hal yang lampau. Setidaknya ada tiga tahap dalam ingatan, yakni Perekaman,
penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui
reseptor indera. Penyimpanan adalah menentukan berapa lama informasi itu berada
beserta kita, dan yang terakhir adalah pemanggilan, yakni bagaimana kita
menggunakan kembali informasi yang telah di simpan. Berbicara jenis-jenis
Ingatan maka secara garis besar dapat di bagi menjadi 3, yakni ingatan
sensoris, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
Dalam belajar, ingatan merupakan hal yang harus mendapat perhatian yang besar, berbagai metode mengingat dapat di gunakan orang terutama ketika belajar. Metode-metode itu antara lain Metode pengulangan, Teknik Asosiasi, Sistem Mata Rantai, Sistem Loci atau Lokasi, Total Story Technique (TST),Total Word Technique (TWT), dan Total Number Technique (TNT).
Dalam belajar, ingatan merupakan hal yang harus mendapat perhatian yang besar, berbagai metode mengingat dapat di gunakan orang terutama ketika belajar. Metode-metode itu antara lain Metode pengulangan, Teknik Asosiasi, Sistem Mata Rantai, Sistem Loci atau Lokasi, Total Story Technique (TST),Total Word Technique (TWT), dan Total Number Technique (TNT).
Berlawanan
dengan ingatan adalah Lupa. Lupa merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam
proses pembelajaran. Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk mengulang kembali
apa yang telah kita pelajari. Pada umumnya semua orang yang berusaha
menghindari kelupaan dalam belajar, namun perihal kelupaan masih tetap
menghantui setiap Individu, hal ini di sebabkan beberapa factor. Namun demikian
ada beberapa kiat untuk menghindari kelupaan, antara lain Over learning, Extra
study time, Mnemonic device dan Clustering
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Purwanto,
Ngalim, 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rakhmat,
Jalaluddin, 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja rosdakarya
Saleh,
Abdul rahman, 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam.Jakarta:
Kencana prenada media group
Santrock,
John W, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media group
Sarwono,
Sarlito wirawan, 2000. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan bintang
Syah,
Muhibbin, 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Walgito, Bimo, 1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Walgito, Bimo, 1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar