BELAJAR DAN
BERFIKIR
A. PEMBAHASAN
a.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar
untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
1. Moh. Surya (1997)
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Witherington (1952)
Belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
3. Crow & Crow dan (1958)
Belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
4. Hilgard (1962)
Belajar adalah proses
dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons
terhadap sesuatu situasi.
5. Di Vesta dan Thompson (1970)
Belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
6. Gage & Berliner
Belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman.
Dari beberapa
pengertian belajar diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1.
Perubahan Yang Disadari
Dan Disengaja (Intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya
pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat,
dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang
mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia
sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah
belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan Yang Berkesinambungan (Kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh
itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan
berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan
tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar
Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat
Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan
“Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan Yang Fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun
masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi
pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan
dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri
maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak
ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan Yang Bersifat Positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah
kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan
pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip
perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia
kelak menjadi guru.
5. Perubahan Yang Bersifat Aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru
tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan
membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman
tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan Yang Bersifat Pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar
mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer
tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan Yang Bertujuan Dan Terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya,
seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam
panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan
tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan
memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru
yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi
Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan Perilaku Secara Keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai
“Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat
berbentuk :
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan
informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya
pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2. Kecakapan intelektual; yaitu
keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan
menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk
dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination),
memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini
sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif; kecakapan
individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.
Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan
mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang
efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang
berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan.
Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya
terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.
5. Kecakapan motorik; ialah hasil
belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh.
Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan, seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia
terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan, seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun
sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak
yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan
yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu
mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan
dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how)
dan “mengapa” (why).
b. Teori Balajar
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar
yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan
dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu:
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, diantaranya :
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut
Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Effect; artinya bahwa jika
sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus -
Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubunganyang terjadi antara
Stimulus- Respons.
2) Law of Readiness; artinya bahwa
kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.
3) Law of Exercise; artinya bahwa
hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering
dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b. Classical Conditioning menurut Ivan
Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat
melaluiRespondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
c. Operant Conditioning menurut B.F.
Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1)
Law of operant
conditining yaitu jika
timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
2)
Law of operant
extinction yaitu jika
timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu
tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
c. Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan
yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses
vadalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or
psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut
perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi belajar,
proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).
d. Tahap-tahap Dalam Proses Belajar
1. Menurut Jerome S. Bruner
Karena Belajar Itu Merupakan Aktivitas Yang Berproses, Sudah Tentu
Didalamnya Terjadi Perubahan-Perubahan Yang Bertahap. Perubahan-Perubahan
Tersebut Timbul Melalui Tahap-Tahap Yang Antara Satu Dengan Lainnya Bertalian
Secara Berurutan Dan Fungsional. Menurut Burner, Salah Seorang Penentang Teori
S-R Bond Yang Terbilang Vokal (Barlow, 1985), Dalam Proses Pembelajaran Siswa
Menempuh Tiga Episode/ Tahap, Yaitu:
1) Tahap Informasi (Tahap Penerimaan Materi)
2) Tahap Transformasi (Tahap Pengubahan Materi)
3) Tahap Evaluasi (Tahap Penialain Meteri)
e. Jenis-Jenis Belajar
Jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar
arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar
kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik. Untuk jelasnya
ikutilah uraian berikut.
1.
Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
2. Belajar Kognitif
belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang
diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau
lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang
menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika
dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak dapat
menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di
hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam
bentuk kata-kata atau kalimat.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang
nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
{pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami
dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang
studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara
konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar”
mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan
dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan
efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan
abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan
dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam
bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual
{intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila
dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan
yang mereprensikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu
kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi
dipanaskan memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai
“besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi
yang tetap antara ketiga konsep dasar itu {besi, dipanaskan, dan memuai}, maka
dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus
dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya
menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada
istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen adalah
berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau
satu pemecahan dari suatu masalah.berpikir divergen adalah berpikir dalam arah
yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi
benar.
f. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor
lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek
didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar
yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk
mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan
subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang
paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.Faktor lingkungan, yang meliputi
lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar
dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya.
Demikian pula, belajar pada pagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik
dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu
ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang
optimal.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas
secara terpisah.Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling
pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan,
pikiran dan motif.
b. Pengertian Berpikir
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau
penyelesaian masalah. Masalah adalah suatu kondisi yang memilioki potensi untuk
menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang luar. Pemecahan masalah
tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau
memanfaatkan peluang
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada
tiga langkah, yaitu:
1. Pembentukan
Pengertian.
Pengertian,
atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan,
sebagai berikut:
1) Menganalisis
ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan
unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia.
2) Membanding -
bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana
yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang
hakiki dan mana yang tidak hakiki.
3) Mengabstraksikan,
yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri
yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk
hidup yang berbudi.
c.
Macam-macam kegiatan berfikir.
1.
Berfikir asosiatif.
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang
timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak
ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas.
Jenis-jenis berpikir asosiatif:
a.
Asosiasi bebas.
Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran,
dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya
b. Asosiasi terkontrol
Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas
tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain
tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi
tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu
lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang
belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun
Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang
tidak realistis.
d. Mimpi
Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu
tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi
kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berfikir artistic
Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi
oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2.
Berfikir terarah
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya.
Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua
macam berpikir terarah, yaitu:
a.
Berfikir analitis.
Berpikir Analitisyaitucenderung menyempit dan menuju jawaban yang tungga
b.
Berfikr kreatif
Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru
antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem
baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya untuk memperoleh lebih dari
satu jawaban.
.
d. Langkah – Langkah Proses Berfikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1.
Pembentukan Pengertian.
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui
tiga tingkatan, sebagai berikut:
a.
Menganalisis ciri-ciri
dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur -
unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita
ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analis
b.
Mengabstraksikan, yaitu
menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang
hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup
yang berbudi.
2.
Pembentukan Pendapat.
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian
atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri
dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
3.
Penarikan Kesimpulan
atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
B. PENUTUP
a.
Kesimpulan
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar
untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan berfikir adalah proses
tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an pemahaman terhadap
sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian masalah.
b.
Kritik dan saran
Manusia
adalah makhluk yang sering berbuat salah karena manusia tidak sempurna.Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini
banyak terdapat kesalahan dan jauh dari sempurna kami selaku penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah lain ke
depannya. Atas saran perbaikan makalah ini yang di berikan pembaca, maka
penulis mengucapkan terima kasih
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sarwono, Sarlito
Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Sobur, Alex, Psikologi
umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003
Tan, Alexis S., Mass Communication Theories and Research, Grid
Publising, Inc., Indianola Avenue, 1981.
Walker, Conditioning and Instrumental Learning, Wadsworth Publising
Coy, Inc., Belmont, California, 1967
Tidak ada komentar:
Posting Komentar