Rabu, 29 Januari 2014

Metode Dakwah Khulafa’urrasyidin



Metode Dakwah Khulafa’urrasyidin

A.    Pendahuluan
            Setelah Rasulullah SAW. meninggal dunia, amanat dakwah berpindah kepada  para sahabat. Islam tidak mati dengan matinya Rasulullah, karena sebelum meninggal, beliau telah meninggalkan kader-kader yang tangguh yang siap mengusung ajaran Islam.  Nabi SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin yang akan meneruskan dakwah islamnya setelah beliau wafat, beliau menyerahkan persoalannya tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di kota Bani Sa’idah mereka bermusyawarah siapa yang dipilih untuk dijadikan pemimpin, dengan semangat ukhuwah  islamiyah yang sangat kuat. Mereka adalah Khulafa’urrasyidin.
Khulafa’urrasyidin merupakan para pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib.
Dalam  melanjutkan risalah dakwahnya, mereka berpegang pada prinsip dan kaidah yang digariskan Rasulullah SAW., dan dikembangkan serta diorientasikan pada persoalan dan tantangan yang dihadapi setiap zamannya. Untuk lebih jelas lagi akan dibahas pada makalah ini.
B.     Metode Dakwah Khulafa’urrasyidin
1.      Biografi Khulafa’urrasyidin
Nama asli Abu Bakar As-Siddiq adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Aamir dari suku Taim bin Murrah bin Ka’ab. Beliau adalah orang pertama yang beriman kepada Rasul saw dari kalangan lelaki dewasa. Beliau adalah sahabat yang menemani Nabi ketika hijrah ke Madinah[1]. Beliau jugalah orang yang menggantikan Nabi untuk menjadi imam shalat serta amir jama’ah haji. Beliau adalah teman diskusi Rasulullah, mertua Rasulullah. Beliau meriwayatkan hadits sebanyak 142 hadits. Abu Bakar merupakan orang yang sangat berpengaruh di masyarakat. kedudukannya sebagai orang yang terdahulu memeluk Islam, keakrabannya dengan Rasulullah SAW., dan juga status sosialnya yang sangat tinggi dimasa jahiliyyah merupakan faktor-faktor yang menyebabkan semua orang mengaguminya. Akan tetapi, ia sudah tua dan lelah, dan juga terlalu cepat mengambil keputusan. Beliau wafat pada bulan Jumadil akhir tahun 13 H pada usia 63 tahun[2]. Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama kurang lebih dua tahun.
Nama asli Khalifah ‘Umar bin Al Khaththab adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdil ‘Uzza bin Rabah. Umar dilahirkan tiga belas tahun setelah tahun Gajah. Berbeda dengan Abu Bakar, umar adalah tokoh yang sangat keras dan fanatis, tetapi tergolong memiliki derajat yan sangat baik. Ia tidak pernah dapat ditawar dan tidak memiliki toleransi dalam melaksanakan apa yang dipandangnya adil. Beliau adalah tempat Rasulullah dan Abu Bakar meminta pendapat. Beliau adalah pengusul agar Al-Qur’an dikumpulkan. Setelah Abu Bakar meninggal dunia, para sahabat besar bermusyawarah dan menetapkan beliau untuk menjadi khalifah dengan gelar ‘amirul mu’minin[3]. Kekhalifahan Umar bin Al Khaththab berlangsung selama lebih kurang 10 tahun. Beliau meninggal dunia pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 pada usia 63 tahun.
Nama lengkap Utsman bin ‘Affan adalah Usman bin Affan bin Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Beliau seorang saudagar atau pedagang, ia termasuk saudagar yang sukses dan berhasil, beliau terkenal lembut, sabar, tekun dan pemurah. Dengan ketekunan yang dimilikinya serta kemurahan hatinya dalam berdagang, pada usia yang masih muda, ia sudah berdagang di Negeri Syam dan Hirah. Dengan pengalaman berdagang, ia memiliki kekayaan yang banyak dan sahabat yang banyak. Ustman selalu menampakkan kesalehan dan kesucian. Akan tetapi, dalam bidang pemikiran dan tindakan praktis, dia tidak pernah terlihat sebagai orang yang pernah melakukan sesuatu yang tergolong istemewa. Beliau menjabat sebagai khalifah sesudah ‘Umar bin Al Khaththab r.a berdasarkan kesepakatan ahlu syura. Beliau terus menjabat khalifah hingga terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijah tahun 36. Menurut salah satu pendapat ulama, kekhalifahan beliau berlangsung selama lebih kurang 13 tahun.
Ali Bin Abi Thalib adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Nama lengkapnya adalah Ali Bin Abi Thalib bin Abdi al mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay. Ali adalah seorang yang kepribadiannya penuh inspirasi uluhiyah atau ketuhanan. Ali tidak memerlukan proses pengalaman, tabrakan, atau  penimbangan dengan dan atas apapun benda dan peristiwa dalam kehidupannya. Ali adalah pahalawan dalam berfikir, pahlawan dalam berperang, dan pahlawan dalam cinta terhadap sesama. Beliau dibai’at sebagai khalifah setelah khalifah ‘Utsman terbunuh. Beliau menjadi khalifah secara syar’i hingga wafat dalam keadaan mati syahid pada bulan Ramadhan tahun 40 H dalam usia 58 tahun. Kehalifahan Ali berlangsung selama lebih kurang 5 tahun.
2.      Unsur-unsur pendekatan dakwah pada masa khulafa’urrasyidin
Kekuasaan khulaf’urrasyidin berumur kurang lebih 30 tahun. Srtuktur dakwah pada masa khulafa’urrasyidin meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut:


a.      Da’i
            Pengganti Rasulullah saw. adalah Khulafa’ur rasyidin, mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Ke empat sahabat Nabi ini berperan sebagai ulama yang menyebarkan Agama Islam sekaligus berperan sebagai seorang Khalifah
(pemimpin). Para da’i pada masa khulafa’urrasyidin ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Afan, dan Ali Bin Abi Thalib. Mereka lah yang berperan dalam dakwah pada masa khulafa’urrasyidin dan mereka lah yang menggantikan Nabi dalam menjadi seorang kepala negara. Sehingga corak Da’i pada masa Khulafa’ur rasyidin ini adalah Al-Ulama wa Al-Umara’.
b.      Mad’u
            Kondisi mad’u pada masa khulafa’urrasyidin adalah bersifat ijabah, karena pada masa Rasulullah sudah banyak orang yang memeluk Agama Islam. Khulafa’urrasyidin hanya tinggal meneruskan perjuangan dakwah Rasulullah, namun masih banyak umat yang belum menerima Islam sebagai Agamanya, seperti orang-orang Qurasyi dan Yahudi, sehingga mad’u pada masa Kulafaurrasyidin bercorak ijabah dan ummah
.
c.       Materi
            Materi yang diterapkan pada masa khulafa’urrasyidin adalah aqidah, syari’ah dan mu’amalah. Adapun aqidah dengan cara mentauhidkan atau meng- Esakan Allah, sedangkan syari’ah dengan diajarkannya tata cara tentang berwudhu, sholat dan mambaca Al-Qur’an,
adapun mu’amalah yaitu dengan ditetapkannya zakat bagi orang-orang muslim yang diserahkan kepada baitul maal dan pajak bagi orang-orang non-muslim.

d.      Metode
Secara umum, metode pengembangan dakwah yang dilakukakan khulafa’urraasyidin adalah[4] ;  pertama, konsolidasi dalam pembinaan dan peninggkatan kualitas sumber daya kaum muslim. Hal ini dilakukan melalui pengiriman dan penyebaran para cendekiawan sahabat (qurra huffadz dan fuqaha) dikalangan para sahabat besar (Akabir Ash-shahabah) ke wilayah-wilayah kekuasan yang semakin luas.
Kedua, melalui upaya futuhat, yakni proses penyebaran, penghadiran dan penyampaian risalah-risalah islam ke daerah-daerah tertentu dengan tidak memaksa masyarakat (mad’u.).            Dengan demikian, banyak daerah yang mengakui dan memasuki islam tanpa paksaan melainkan atas dasar kebebasan, kesadaran, dan pilihan nuraninya. Kedua langkah pengembangan metode dakwah strategis khulafa’urrasyidin ini, secara lebih terperinci, dapat dikaji dalam sejarah peradaban muslim. Adapun secara khusus langkah-langkah metode pengembangan dakwah yang dijalankan oleh khulafa’urrasyidin, dapat dilihat dari spesifikasi kebijakan dan perjuangannya masing-masing.
1)      Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634)
Beberapa langkah strategis yang dilakukan Abu Bakar dalam upaya mengembangkan dakwah islam, diantaranya adalah :
a)      Menciptakan stabilitas melalui pembinaan, pembenahan, dan penyelesaian persoalan intern dikalangan kaum muslimin, yakni menumpas dan meluruskan situasi anarkis dalam negeri yang timbul akibat pemberontakan kaum munafik dan gerakan penentang kewajiban zakat yang lahir dari fanatisme kesukuan, dan munculnya pengakuan nabi palsu.
b)      Mengalihkan perhatian pada upaya melakukan futuhat, ekspedisi ke Syiria demi pengembangan wilayah Islam.
c)      Merintis majelis Syura.
d)     Upaya memelihara dan mengumpulkan ayat-ayat Al-qur’an sebagai rujukan dasar dakwah
2)      Umar ibn Al-Khattab (13-24 H / 634-644 M)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan Umar ibn Al-khattab.
a)      Pembenahan manajemen dan admimistrasi kepemerintahan
b)      Pembenahan dan pembentukan pranata hukum dan sistem pengadilan
c)      Penetapan sistem kalender hijriah
d)     Memperkokoh majelis syura dan sistem konstitusi negara berdasarkan sistem teo demokratis
e)      Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan dibangunnya beberapa sarana umum, seperti irigasi pertanian, sistem keuangan negara, bait al-maal dan sebagainya
f)       Pembinaan masyarakat dan upaya futuhat keberbagai wilayah strategis bagi pengembangan dakwah
3)      Ustman ibn Affan (24-36 H / 644-656 M)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Khalifah Usman ibn Affan.
a)      Mengadakan pembenahan dan menyelesaikan gerakan pembangkang, berupaya memelihara stabilitas wilayah yang semakin luas.
b)      Menyebarkan para cendekiawan ke wilayah-wilayah kekuasan Islam.
c)      Upaya menyeragamkan naskah mushaf Al-Qur’an, semi keutuhan dan kepentingan dakwah.
d)     Mempertahankan dan memelihara sistem pemerintahan dengan memelihara majelis syura’
e)      Mengadakan pembinaan dan futuhat ke wilayah Timur dan Barat
4)      Ali ibn Abi Thalib (36-41 H / 656-661)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Khalifah Ali ibn Abi Thalib.
a)      Berupaya menyelesaikan persoalan intern diantara laum muslimin
b)      Mengadakan kompromi politis dengan elit politisi
c)      Berusaha menjadikan mesjid sebagai tempat menyelesaikan persoalan (sentral kegiatan)
d)     Menampilkan sosok kepemimpinan yang tidak ambisius.

Dari beberapa macam langkah dan metode yang telah dipaparkan diatas, dapat kita ketahui bahwa metode yang telah dilakukan khulafa’arrasyidin dalam berdakwah adalah melalui tiga cara berikut.
1)      Lisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafa’urrasyidin dengan lisan atau ucapan antara lain adalah :
a)      Metode Ceramah
Metode ceramah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cara ceramah yang dilakukan di masjid-masjid.


b)      Metode Tanya-jawab
Metode Tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya-jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu juga untuk merangsang perhatian mad’u. Seorang mad’u juga dapat mengajukan pertanyaan kepada seorang da’i tentang materi yang belum dikuasai oleh mad’u, sehingga akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara da’i dan ,mad’u.
c)      Metode Konseling
Pada masa khulafaurrasyidin, para Khalifah mengajarkan secara langsung cara membaca Al-quran, tata cara berwudhu’, shalat dan cara-cara yang lainya dalam hal apapun yang di rasa belum di ketahui oleh ummat.
d)     Metode Diskusi
Misalnya, Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus, pemimipin Romawi dan terjadi kesempatan untuk berdamai .
e)      Metode Propaganda
Didalam proses dakwah pasti terdapat unsur propaganda, guna untuk mempengaruhi seorang mad’u.
2)      Tulisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafa’urrasyidin dengan tulisan antara lain adalah :
a)      Metode Karya Tulis
Metode karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-lembaran sebagai mushaf, dan pada masa khalifah Utsman bin Affan dibukukan menjadi sebuah Al-Qur’an.


b)      Metode Korespondensi
Sebelum para da’i dikirim ke daerah-daerah yang akan di dakwahi, terlebih dahulu dikirim surat sebagai pengantar.
3)      Perbuatan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafa’urrasyidin dengan perbuatan antara lain adalah :
a)      Metode Missi(Bi’tsah)
Penyebaran Agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i. Apabila ada yang menentang atau memberontak maka dilakukan peperangan atau jihad.
b)      Metode Ekspansi
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan meliputi kawasan Syiria dan Palestina, Irak dan Persia, Mesir, Khurasan, Armenia, Afrika Utara.
c)      Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah umar bin khatab sudah mampu mengatur dalam sebuah kelembagaan yang di sebut Baitul Mal yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan Negara.
d)     Metode Keteladanan
Para khulafa’urrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil, dermawan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
e)      Metode Silaturahim
Pada masa khulafa’urrasyidin, para khalifah berkunjung ke daerah-daerah kekuasaanya untuk mengetahui perkembangannya.
e.       Media
            Media yang digunakan pada masa khulafaurrasyidin
diantaranya adalah :
1)      Media Masjid
Masjid di jadikannya sebagai tempat atau sasaran utama oleh para Khulafa’ur Rasyidin, selain itu dijadikan sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
2)      Media Cetak
Khulafaurrasyidin mengumpulkan Al-Qur’an dan membukukannya, kemudian di sebarkannaya ke seluruh wilayah kekuasaan Islam, yang terjadi pada masa Usman Bin Affan.
3)      Lembaga Pendidikan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, Abu Sofyan mengajarkan Al-Qur’an kepada penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf Al Quran akan dikenakan sanksi cambuk.[5]
4)      Lembaga Kantor / pemerintahan
Fungsi dari Lembaga Kantor / pemerintahan yaitu bisa juga digunakan sebagai pusat segala aktivitas pemerintahan, seperti gedung-gedung DPR atau istana Negara. Dan pemerintahan pada masa Khulafa’urrasyidin ini pemerintahannya dijalankan sesuai dengan nilai-nilai keislaman, misalnya pada masa Umar Bin Khattab dibuat sebuah kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini dilakukan agar pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa membantu orang miskin. Pada aktivitas beginilah lembaga Kantor / pemerintahan digunakan atau dibutuhkan.

C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Khulafa’ur Rasyidin merupakan para pemimpin umat islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar , Umar Bin Khatab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib. Khulafaur’rrasyidin adalah pemimpin yang arif dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya senantiasa meneladani kepemimipinan Rasulullah. Dalam  melanjutkan risalah dakwahnya, mereka berpegang pada prinsip dan kaidah yang digariskan Rasulullah SAW., dan dikembangkan serta diorientasikan pada persoalan dan tantangan yang dihadapi setiap zamannya. Keempat khalifah tersebut berdakwah melalui lisan, tulisan dan amal perbuatan dengan beberapa langkah dan metode yang mereka lakukan demi  keberhasilan dakwahnya.
2.      Saran
Kendati kami sudah berusaha optimal dalam pembuatan makalah ini, sebagai manusia dhaif kami menyadari bahwa makalah ini belum lah sempurna, oleh karenanya saran dari pembaca sangat kami harapkan


[1] Wahyu I. & Harjani H., Pengantar Sejarah Dakwah, th. 2007, cet. I, hlm.84
[2] Ibid
[3] Ibid., hlm. 94
[4] Asep M. & Agus A.S., Metode Pengembangan Dakwah, thn.2002, cet.I, hal.117
[5] Opcit, hlm.105