KONSELING GESTALT
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Kelompok dalam Mata Kuliah Model-Model Konseling
II Semester VI Jurusan BKI.C
Oleh
Kelompok
1
Aisyah
Amini 212. 237
Risa Putri Yanti 212.
023
Friska Wahyuni 212. 105
M. zahir ikhlas 211.
048
Ariful Irsyad 212.
194
Irza Helna 211.
173
DosenPembimbing
Dra. Zuwirda, M. Pd. Kons
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN
ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
2015
KONSELING GESTALT
I.
PENDAHULUAN
Terapi
gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls
adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa
individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung
jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama
di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimananya
tingkah laku dan pengalaman disini dan sekarang dengan memadukan bagian-bagian
kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.
Konseling gestalt menemukan teori mengenai
struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari proses konselingnya serta asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa
individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara
efektif. Tugas utama terapis adalah
membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang
dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan
mengalami saat sekarang.
II.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Konseling
gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S, Perls. Perls mendapatkan
gelar di bidang medis universitas Frederick wilhem berlin, jerman tahun 1921.
Selanjutnya dia melakukan percobaannya di bidang institute psikoanalisis
berlin, frankfuurt, dan Vienna. Pada tahun 1993 perls membuka praktek
pribadinya di Amsterdam sampai kedatangan nazi. Perls pndah ke afrika sleanyan
pada tahun 1935. Di afrika selatan, perls mengembangkan terapi gestaltnya,
namun publikasinya terhalang karena ia berada di daerah terpencil dan
kesibukannya sebagai penceramah.
Pada tahun 1964
perls pindah ke amerika serikat menjadi guru terapi gestalt di institut
erasalen California sampai dengan tahun 1969. Konseling gestalt ini bersumber
dari pengaruh tiga disiplin teori yang sangat berbeda yaitu psikoanalis, fenomenilogi
eksistensialisme eropa dan psikologi gestalt.
Konseling
gestalt menemukan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang
mendasari proses konselingnya, serta serangkaian eksperimen yang dapat di
pergunakan langsung oleh para penggunanya. Mengenal klien menjadi sasarannya,
dapat di simpulkan bahwa klien terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, murid
sekolah, pegawai/ karyawan, pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam
mengintegrasikan dirinmya dalam hidup dan lingkungannya, yaitu mereka yang
mendapat gangguan psikologis dan yang ptensi dirinya tidak berkembang ( Taufik,
2009: 141)
Gestalt
adalah salah satu ancangan konseling yang digolongkan ke dalam perspektif
efektif. Dikatakan berorientasi afektif karena ancangan ini menganut
asumsi-asumsi humanistic sebagaimana eksistensialisme dan konseling berpusat
pada pribadi. Gestalt bertumpu pada konsep konfigurasi, integrasi, totalitas,
keseluruhan dan keutuhan suatu fenomena. Sebagai ancangan
konseling atau psikoterapi, ini dikembangkan oleh Frederick S. Perls. Mereka
menerapkan ‘gestalt’ dalam konseling berpegang pada keyakinan bahwa suatu
respons terhadap suatu situasi merupakan suatu keutuhan respons terhadap suatu
keutuhan situasi.
B.
Pandangan Tentang Manusia
Gestalt
memandang pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai suatu fenomena yang
unik, dimana Persl mengembangkan terapi Gestalt ini dengan menggunakan
prinsip-prinsip humanistic. Passons dalam George & Cristiani (1990),
memberikan delapan asumsi yang nantinya akan digunakan oleh terapi Gestalt.
Kedelapan asumsi tersebut sebagai berikut:
a. Manusia merupakan suatu komposisi yang
menyeluruh yang diciptakan dari adanya interelasi bagian-bagian.
b. Seseorang juga merupakan bagian dari
lingkungannya dan tidak dapat dipahami dengan memisahkannya.
c. Seseorang memilih bagaimana merespon
stimulasi eksternal, dia merupakan aktor dalam dunianya dan bukan reactor.
d. Seseorang mempunyai potensi untuk secara
penuh menyadari keseluruhan sensasi, pemikiran, emosi dan persepsinya.
e. Seseorang mampu untuk membuat pilihan
karena kesadarannya.
f. Seseorang mempunyai kemampuan untuk
menentukan kehidupan secara efektif.
g. Seseorang tidak mengalami masa lalu dan
masa yang akan datang, mereka hanya akan dapat mengalami dirinya pada saat ini.
h. Seseorang itu pada dasarnya baik dan bukan
buruk.
A.
Manusia sehat / tidak sehat
a. Manusia sehat
Dalam
terapi Gestalt diberikan beberapa ciri kepribadian yang sehat. Adapun ciri
kepribadian seseorang yang sehat adalah:
a. Mampu mengatur diri sendiri
b. Bertanggung jawab
c. Memiliki kematangan
d. Memiliki keseimbangan diri
Menurut
Franki dalam Schultz (1991) menyatakan beberapa ciri atau sifat-sifat
kepribadian seseorang yang sehat antara lain:
a. Mereka bebas memilih langkah tindakan
mereka sendiri
b. Mereka bertanggung jawab terhadap tingkah
laku hidup mereka
c. Mereka tidak ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan di luar diri mereka
d. Mereka telah menemukan arti dalam
kehidupan yang cocok dengan mereka
e. Mereka secara sadar mengontrol kehidupan
mereka
f. Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai
daya cipta, nilai-nilai pengalaman atau nilai-nilai sikap
g. Mereka telah mengatasi perhatian terhadap
diri
b. Manusia tidak sehat.
Menurut
Passons dalam George dan Cristiani (1990) menyatakan secara umum permasalahan
manusia yaitu:
a. Kesenjangan akan kesadaran
b. Kesenjangan akan tanggung jawab
c. Kehilangan kontak dengan lingkungan
d. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas
Gestalt
e. Tidak memiliki kebutuhan
Dalam
terapi Gestalt diberikan beberapa ciri kepribadian yang menyimpang. Adapun
ciri-ciri kepribadian seseorang yang menyimpang adalah sebagai berikut:
1. Introjections, menempatkan keinginan
terhadap objek atau individu dan bertindak seakan-akan benda atau individu
tersebut adalah miliknya tanpa memperlihatkan apakah benda atau orang tersebut
ada atau tidak ada.
2. Projection, mempunyai arti sesuatu
mekanisme pertahanan diri seseorang mendistribusikan motif-motif dalam dirinya
kepada orang lain.
3. Retroflection, berisi tentang diri
seseorang yang mempunyai keinginan untuk menjadi sesuatu tetapi dialihkan
kepada orang lain.
4. Confluence, suatu tingkatan kepribadian
seseorang yang tidak dapat memperkirakan ingkaran atau dirinya dan lingkungan
(mencakup orang lain) atau suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
mentoleransi perbedaan dengan orang lain.
B.
Tujuan Konseling
Terapi
Gestalt berusaha untuk membantu seseorang agar dapat menerima dan memiliki
kembali suasana saat ini. Gestalt membantu individu agar dapat berada dalam
kondisi saat ini dan disini. Mereka bisa berpijak dalam suasana aman pada momen
kehidupan sekarang. Lebih lanjut dikatakan oleh Perls bahwa sasaran terapi
adalah menjadikan konseli tidak bergantung kepada orang lain, menjadikan
konseli menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak
dari pada yang dikiranya dengan kata lain ajaran Perls adalah kosongkan pikiran
anda dan capailah kesadaran.
Kesadaran
terhadap apa yang dialami oleh individu saat ini akan mengarahkan mereka pada
penerimaan terhadap kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki, mereka akan
mengatur diri mereka sendiri dan menentukan apa yang bisa mereka perbuat.
Mereka akan menjadi diri mereka sendiri dan bukan menjadi orang lain.
Dalam upaya
mencapai tujuan konseling, peranan konselor adalah sebagai berikut;
- Konselor membangun suasana yang memungkinkan klien dapat menampilkan diri, membuka diri dan berusaha mengenali dirinya sendiri
- Apabila klien telah menyadari dirinya sendiri dan lingkungannya, kemudian konselor berusaha menyeimbangkan keinginan yang ada dalam self dan self-image
- Konselor memberikan kemungkinan kesempatan bagi klien untuk berkembang
Proses konseling
bersifat aktif, konfrontatif yang menekankan apa dan bagaimana klien
berpengalaman. Konseling membantu klien;
1. Memahami kekuatan-kekuatannya sendiri
2. Menggunakan kekuatan itu dalam kehidupan
sehari-hari (Prayitno,1998; 70)
Menurut
terapi Gestalt seseorang dapat berhubungan dengan permasalahannya secara
efektif jika mereka mengemukakan kesadarannya atas apa yang terjadi
disekitarnya. Dengan demikian, konseli diasumsikan mempunyai kapasitas untuk
mendukung dirinya sendiri serta mampu mengambil tanggung jawab setelah
menyelesaikan terapi. Untuk hal tersebut, Gestalt dalam Corey (1986)
menggunakan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Keadaan saat ini
Keadaan
saat ini terapi Gestalt mempunyai pandangan bahwa apa yang telah terjadi adalah
masa lalu dan apa yang akan terjadi itu belum tentu datang. Keadaan yang
signifikan dengan masalah konseli adalah keadaan saat ini.
2. Urusan yang belum selesai
Konsep
lain dati terapi Gestalt adalah urusan yang belum selesai. Keadaan ini mencakup
beberapa perasaan yang tidak diekspresikan oleh seseorang seperti marah, benci,
sakit, menyesali dan bersalah.
3. Penghindaran
Dengan
kata lain, bahwa seseorang akan berusaha untuk menghindarkan dirinya dalam
menghadapi urusan yang belum selesai dan dari suatu pengalaman emosi yang tidak
mengenakkan (Corey, 1986).
4. Lapisan neurosis
Terapi
Gestalt bertujuan untuk membuat seseorang itu menjadi matang. Hanya saja, ada
beberapa lapisan yang dapat membuat seseorang itu terhambat untuk mencapai
kematangan. Lapisan-lapisan itu antara lain:
a. Kebohongan
b. Ketakutan
c. Jalan buntu
d. Implosive
e. Meledak-ledak
5. Kontak dan hambatan dalam kontak
Dalam
terapi Gestalt, kontak atau hubungan mempunyai peranan yang sangat penting.
Jika seseorang mengadakan kontak dengan lingkungannya, maka akan terjadi
perubahan yang diinginkan. Kontak seseorang dengan lingkungan di sekitarnya
dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membaau, menyentuh dan bergerak.
Kontak yang baik merupakan suatu hubungan dimana seseorang dapat berinteraksi
dengan lingkungan disekitarnya tanpa kehilangan kepribadiannya.
Dalam
terapi Gestalt juga memperhatikan adanya hambatan-hambatan dalam menciptakan
hubungan atau kontak dengan lingkungannya, menurut terapi Gestalt, hambatan itu
akan muncul pada seseorang bertahan terhadap kejadian-kejadian yang nyata.
Hambatan-hambatan itu hampir sama dengan apa yang pernah diidentifikasi oleh
Freud.
6. Energi dan hambatan energi
Dalam
terapi Gestalt, selain kontak atau hubungan energi menjadi perhatian bagaimana
energi itu digunakan untuk dapat di blok. Energi yang terkandung merupakan
suatu bagian dari hambatan bagi perkembangan manusia. Hambatan yang muncul ini
bisa termanifestasikan pada ketegangan tubuh, postur tubuh dan juga berbicara
dengan suara keras untuk mendapat perhatian.
C.
Konselong Gestal dalam Perspektif Islam.
Dalam islam teknik yang dipakainya untuk mengentaskan masalah klien ini
berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah, dimana tekniknya yaitu;
1. Pendekatan konseling nasehat yang menyentuh
hati
2. Pendekatan konseling Tanya jawab atau dialog
3. Pendekatan konseling kabar takut dan kabar
gembira
4. Pendekatan konseling dengan tamsil
5. Pendekatan konseling pujian dan motivasi
6. Pendekatan konseling dengan kinayyah
7. Pendekatan konseling tidak malu mengajarkan
agama.
8. Pendekatan konseling mengajar dengan perbuatan
9. Pendekatan konseling menjawab lebih dari yang
ditanyai
10. Pendekatan konseling melalui pengulangan
pelajaran
11. Pendekatan konseling dengan sikap lemah lembut
dan keras (Abd Rahman,1008; 111-137)
III.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Gestalt
adalah salah satu ancangan konseling yang digolongkan ke dalam perspektif
efektif. Dikatakan berorientasi afektif karena ancangan ini menganut
asumsi-asumsi humanistic sebagaimana eksistensialisme dan konseling berpusat
pada pribadi. Gestalt bertumpu pada konsep konfigurasi, integrasi, totalitas, keseluruhan
dan keutuhan suatu fenomena.
Gestalt
memandang manusia tidaklah independen dari lingkungannya melainkan bertindak
selaku keseluruhan manusia bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian melainkan
suatu koordinasi. Manusia dianggap sebagai suatu sistem dalam keseimbangan.
Manusia bermukim dalam suatu tataran publik (berbuat) dan tataran ptivat
(berfikir). Ketidak seimbangan dialami sebagai adanya kebutuhan korektif.
Kesadaran meluangkan regulasi diri dan kontrol diri. Kecemasan dipandang oleh
ancangan Gestalt sebagai kesenjangan antara sekarang dan yang kemudian situasi
yang (tidak) rampung.
b. Kritik
dan saran
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah
ini dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih
bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Mapplare,
Andi, Pengantar Konseling dan Psikoterapi,
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1992.
Corey,
Gerald, Teori dan Praktek Konseling &
Psikoterapi, PT Refika Aditama: Bandung, 2007.
Rhman, Abd,
Jemkhairil, 2008, Konsep konseling nabi
Muhammad Saw, Hayfa pers; Padang
Taufik, 2009 Model-Model Konseling, BK FIP UNP;
Padang
Surya,
Muhammad, Teori-Teori Konseling,
Pustaka Bani Quraisy: Bandung, 2003.
Hartono,
Soedarmadji Boy, Psikologi Konseling,
Kencana Prenada Modra Group: Jakarta, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar