ANALISIS MASALAH KLIEN DENGAN TEORI KONSELING PSIKOANALISIS KLASIK (KOPSAK) DAN KONEGO
I.
PENDAHULUAN
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan
kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi,
berorientasi untuk berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis
yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan (anxiety) sehingga menganggu dalam proses
perkembangan individu. Psikoanalisis klasik ini merupakan sebuah teori yang
ditemukan oleh Sigmund Freud pakar psikologi yang merupakan pijakan awal bagi
terbentuknya teori-teori baru yang semua merupakan berasal dari dasar,
pendalaman, kritik dan saran bagi teori ini
II.
DESKRIPSI KASUS
a.
Kelakuan Klien Sulit dalam
Berinteraksi
Klien adalah seorang mahasiswa yang tergolong pintar dan memiliki potensi.
Di dalam aktivitas perkuliahan di kampus
klien memperoleh yang bisa dibilang rata-rata, dia seorang anak yang
cukup rajin, baik itu dalam mengikuti perkuliahan sehari-hari maupun dalam mengerjakan
tugas-tugas kuliah yang di berikan oleh dosen. Klien berasal dari keluarga yang
memiliki ekonomi pas-pasan dan berkecukupan. Didalam keluarga klien ini
merpakan yang paling tua (anak sulung) dari empat bersaudara, dia masih
memiliki kedua orang tuanya, dalam pandangan orang-orang disekitar lingkungan
tempat tinggalnya ia adalah anak yang tergolong baik, tidak memiliki banyak
khasus dan mudah diterima oleh teman-temannya. Namun, ada satu masalah yang ia
hadapi, yaitu ia sangat sulit dalam
berinteraksi baik itu dengan orang tuanya maupun dengan teman-temannya
dikampus. Akibat dari keterbatasan berinteraksi, ia pun sulit untuk bisa bergaul dengan teman-temannya. Ini terlihat,
setelah satu tahun menjalani perkuliahan di tempat kuliahnya klien belum
memiliki banyak teman, ia tidak memiliki
teman yang betul-betul dekat dengan dirinya. Maka, dari itu permasalahan ini akan
dianalisis dengan menggunakan teori
Konseling psiko analisis klasik bagaimana pandangam teori ini tentang
kepribadian diri klien yang bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku
salahsuainya, dan bagaimana teknik mengetaskannya.
b.
Teori konseling psikoanalisis
klasik
Psikoanalisis
diciptakan oleh Freud pada tahun 1986. psikoanalisis terdiri dari dua kata
yaitu psiko dan analisis, secara etimologis psiko artinya psikis atau disebut
juga dengan jiwa. Berarti psikoanalisis dapat diartikan dengan analisa jiwa.
Hal yang ditinjau dari psikoanalisis klasik secara mendalam adalah psikis
manusia, dimana tidak hanya meninjau tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari, melainkan juga melihat dasar-dasar atau latar belakang munculnya
tingkah laku tersebut. psikoanalisis klasik sering juga disebut dengan
psikologi dalam (dept psychology). Psikoanalisis merupakan suatu tinjauan
tentang manusia, dimana ketidak sadaran memiliki peranan penting dalam memahami
kepribadian dan tingkah laku manusia.
III.
KASUS, TINGKAH LAKU SALAH SUAI DAN TEKNIK
Psikoanalisis
ini menekankan bahwa perkembangan kepribadian didasarkan pada bagaimana
berlangsungnya kehidupan individu semasa balita. Terjadinya penyimpangan karena
terjadinya traumatis, frustasi, konflik dan terancam pada masa balitanya. Teori
ini lebih layak mengemukakan tahap perkembangan psikoseksual sampai menjadi
individu dewasa. Adapun tahap-tahap perkembangan psikoseksual menurut
Freud (dalam Taufik, 2009).
1.
Tahap Oral
Oral
berarti mulut, dimana kepuasan balita adalah diperoleh melalui mulut. Hal ini
akibat dari menghisap payudara ibu, sehingga anak mendapatkan kepuasan sehingga
menimbulkan kenikmatan. Hal ini terjadi pada umur 0 sampai 1 tahun. Namun bila
hal tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan sifat rakus dan serakah.
Akibat lain adalah tumbuhnya sikap tidak percaya pada orang lain dan menganggap
dunia kejam, dan selanjutnya menjadi takut mencintai dan dicintai orang lain,
dan setelah dewasa akan mengalami kesulitan membangun hubungan yang intim
dengan orang dan cenderung menolak kasih sayang.
2.
Tahap Anal
Anal
artinya anus. Tahap ini berlangsung pada umur 1 sampai 2 tahun. Pada tahap ini
pemenuhan kenikmatan terletak pada anus melalui buang air besar pada anak.
Freud berpendapat bahwa peranan orang tua pada tahap ini mempunyai akibat yang
berarti bagi perkembangan anak selanjutnya. Orang tua yang amat keras dan
menghukum anak pada masa ini akan dapat menimbulkan sikap ragu-ragu setelah
mereka menjadi dewasa.
3.
Tahap Phallic
Phallic
artinya kelamin. Pada tahap ini pusat perhatian anak adalah pada kelamin. Tahap
ini identitas pribadi anak telah terbentuk. Anak laki-laki telah mengetahui
bahwa ia memiliki penis dan anak perempuan tidak memiliki. Tahap phallic ini
berlangsung pada umur 3 sampai 5/6 tahun.
4.
Tahap Laten
Laten
artinya tersembunyi. Pada tahap perkembangan seksual masih berlangsung, namun
tidak begitu nampak. Tahap ini berlangsung pada umur 13 tahun. Pada tahap ini
berkurangnya minat terhadap seksualitas dan cenderung berminat pada pergaulan
dengan orang lain. Pada masa ini akan terbentuk rasa malu dan aspirasi moril
serta estetis.
5.
Tahap Genital
Genital
artinya organ kelamin, objek seksual anak kembali terarah pada organ kelamin. Pada
tahap ini objek seksualitasnya tidak tertuju lagi pada diri sendiri, namun
telah tertuju pada orang lain.
IV.
KASUS
1.
Masalah-masalah klie
sebahagian besar adalah berkenaan dengan prose belajar.
2.
Kepribadian manusia terdiri
dari kebiasaan positif dan negative.
3.
Kebiasaan yang tidak cocok
dengan lingkungan terbentuk dengan proses melalui proses penguatan belajar.
4.
Perbedaan anatara tingkah laku
normal dan salah suai tidak tereletak pada bagaimana tingkah laku - tingkah
laku itu dipelajar, melainkan pada tinngkat kesesuaian terhadap tuntutan
lingkungan.
5.
Konseling psioanalisi klasik sangat
memperhatikan pola-pola tingkah laku yang tampak yang menyebabkan individu
mengalami kesulitan
V.
TINGKAH LAKU SALAH SUAI (TLSS)
disebabkan
oleh kekacauan dalam fungsinya individu:
a. Dinamika yang tidak efektif antara IDES
b. Proses belajar yang tidak benar pada masa
anak-anak.
VI.
TEKNIK
a. Membangun suasana bebas tekanan. Dalam
suasana bebas ini klien menelusuri apa yang tepat dan yang tidak tepat pada
dirinya (tingkah lakunya) dan mengarahkan diri membangun tingkah laku baru.
b. Teknik dasar
1. Asosiasi
bebas (asbas): memberikan
kesempatan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya kepada klien untuk mengemukakan
atau mengungkapkan apa yang dirasa, terfikirkan, teringat yang ada pada
dirinya.
2. Transferensi
(trans): mengarahkan
perasaan-perasaannya (t=yang tertekan) pada konselor dengan mengandaikan
konselor itu sebagai yang menyebabkan perasaan tertekan.
3. Interpretasi: membawa klien memahami dan menghadapi
dunia nyata, melalui pemikiran yang objektif untuk memperkuat fungsi ego.
VII.
TUJUAN KONSELING DAN TEKNIK KONSELING
Tujuan
konseling pendekatan psikoanalisis klasik adalah:
1. Menjadikan hal-hal yang tidak disadari
klien menjadi disadarinya.
2. Menata kembali struktur watak dan
kepribadian klien.
3. Konselor dapat membantu klien untuk
menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanaknya dengan menembus
konflik yang direpresi.
4. Merasionalkan kesan itu sehingga klien
menyadari bahwa kesan yang dibawanya tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
5. Khatarsis, yaitu usaha pelepasan
kesan-kesan yang selalu mendesak dari bawah sadar klien.
6. Membawa ke ksad dorongan yang ditekan yang
mengakibatkan kecemasan.
7. Memberikan kesempatan kepada klien
menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
Jika kita
kaitkan dengan permasalahan yang dihadapi oleh klien, tentu konseling ini
memiliki tujuan untuk merubah cara belajar klien terhadap lingkungan selama
ini. Jika sebelumnya klien mengalami proses pembelajaran yang tidak baik dalam
kesehariannya dengan diperlakukan terlalu keras oleh orang tuannya tentunya ini
harus dirubah dan tidak bisa diteruskan lagi. Klien diberikan kesempatan untuk
memperbaiki diri disaat dia salah, dengan mendiskusikan secara bijaksana
terkait dengan masalahnya, dengan demikian akan menimbulkan kreatifitas
berpikir dan kemudahan didalam berinteraksi pada diri klien. Jika ini dilakukan
secar berulang-ulang ini akan menjadi kebiasaan pada diri klien, kebiasaan baik
yang terjadi hasil dari penguatan yang diberikan ini lah yang disebut sebagai Reinforcement
positif
VIII.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN KOPSAK
1.
Kekuatan
Mampu
memberikan rasa percaya diri pad aklien, memahami ambang kesadaran dan
ketaksadaran, menjadikan masa lalu pelajaran buat klien.
2. Kelemahan
Terlalu mengutamakan libido, terlalu
berasumsi pada masa lampau tanpa memandang sedikitpun masa depan.
IX.
KOPSAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam
firman Allah di QS. ArRa’du ayat 11 adalah:
Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran
dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah mengehndaki keburukan terhadap
sesuatu kaum. Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Maksudnya adalah Tuhan tidak
akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia memegang nasibnya sendiri sesuai
dengan ayat di atas. Jika dihubungkan dengan teori kopsak ini dapat diterima.
Dalam hadits nabi Muhammad SAW
menyatakan bahwa “setiap bayi dalam
keadaan fitrah (suci dalam posisi Islam), orang tuanyalah yang membuatnya
yahudi, nasrani dan majusi” (HR. Buchori).
Jadi dapat disimpulkan bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau. Ini
sesuai dengan teori kopsak, karena orang tuanyalah yang akan memberikan
pendidikan yang baik kepada anaknya, agar anaknya bisa bertingkah laku baik pula
ANALISIS MASALAH KLIEN DENGAN TEORI KONSELING EGO (KONEGO)
I. PENDAHULUAN
Erikson,
salah seorang murid dari Sigmund Freud telah menemukan model konseling yang
menekankan pada kekuatan ego yang lebih dikenal dengan “ego strength”. Model
konseling ini dikenal dengan istilah konseling ego. Dalam konseling ego
ditemukan bahwa orang yang bermasalah merupakan orang yang memiliki ego yang
lemah, sehingga konselor berperan untuk memperkuat ego pada seseorang.
II.
DESKRIPSI KASUS
1.
Pandangan Tentang Kepribadian
a.
Perkembangan kepribadian
merupakan fungsi dari kebutuhan individu belajar untuk memenuhi kebutuhannya.
Jika terpenuhi dengan baik disebut berfungsi secara tepat (responsible/success
identity )
b.
SI (success identity) berkembang melalui hubungan yang mesra dengan orang tua yang bertanggung
jawab. Orang tua ini memilihara dengan cinta, pengajaran, disiplin, dan teladan
yang baik.
c.
Syarat pada diri anak untuk
mengembangkan SI-nya yaitu merasa dicintaidan berguna.
d.
Dasar-dasar SI ada tiga yaitu
1. Right : normanorma yang berlaku
2. Responsibility : kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi tanpa mengganggu
pemenuhan kebutuhan orang lain.
3. Reality : acuan nyata bagi pemenuhan kebutuhan pribadi.
2.
Kasus
1.
Apabila
individu tertekan oleh keadaan yang menimpanya dan ego kehilangan control, maka control
terhadap tingkah laku beralih dari kesalahan ke ketidak sadaran (control beralih
dari ego ke id).
2. Ego yang kurang kuat yang disebabkan oleh:
a. Individu kurang mampu merespon dengan cara
yang layak
b. Pola tingkah yang dimiliki tidak lagi
contoh dengan tuntunan situasi (lingkungan).
c. Rusaknya fungsi ego.
3. Individu abnormal adalah individu yang
tingkah lakunya tidak berubah dalammenghadapi tuntunan diri sendiri ataupun
lingkungan yang telah berubah.
Kasus ini
tergambar dari sebuah hadits berikut ini:
Artinya: Abu Hurairah RA berkata: Nabi SAW besabda:
Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman. Dan
tidak akan minum khamar, di waktu minum jika ia sedang beriman. Dan tidak akan
mencuri, di waktu mencuri jika sedang beriman. Dilain riwayat: Dan tidak akan
merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata
kepadanya, ketika merampas jika ia sedang beriman” (Bukhari, Muslim).
Apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, ia akan kehilangan
hubungan dengan kenyataan, persepsinya
terhadap kenyataan menjadi kacau.
Penyebabnya yaitu kegagalan orang tua, guru, sekolah memenuhi kebutuhan
cinta anak mereka, tidak pernah belajar bertingkah laku secara bertanggung
jawab serta kegagalan individu memperoleh hubungan yang baik dengan orang-orang
baginya amat penting
III.
TEORI KONSELING EGO
Asumsi Erikson tentang Hakikat Manusia dalam
Konseling ego, adalah:
- Manusia tidak sekedar terikat pada dorongan instinknya, melainkan dipengaruhi oleh lingkungannya.
- Mengutamakan fungsi ego yang merupakan energi psikologis individu meskipun masih mengakui id dan super ego.
Dalam pandangan Islam, menusia
merupakan makhluk yang tercipta paling sempurna. Manusia memiliki dimensi fisik
dan psikis yang meliputi ruh, nafs dan qalb. Mengamati asumsi Erikson tentang
hakikat manusia, Islam memiliki pandangan yang sama bahwa manusia lahir tidak
sekedar terikat pada dorongan instingnya saja tetapi juga dipengaruhi oleh
lingkungannya. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:
“tiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (suci membawa posisi Islam). Orang
tuanyalah yang membuat ia yahudi (jika mereka Yahudi), nasrani (jika mereka
nasrani) ataupun majusi (jika mereka majusi)”. (HR. Bukhari)
Nabi
menyatakan bahwa setiap manusia terlahir dalam fitrah beragama yang suci. Namun
orang tua sebagai orang yang pertama yang ada dilingkungan individu tersebut
juga berpengaruh dalam membentuk kepribadian individu. Dalam hal ini terlihat
bahwa manusia tidak hanya terikat dengan dorongan instinknya, namun juga dipengaruhi oleh lingkungannya.
Asumsi
Erikson tentang hakekat manusia yang kedua adalah bahwa manusia mengutamakan
fungsi ego. Dalam Islam juga dijelaskan bahwa manusia juga sangat menekankan
ego yang terkandung dalam dirinya sehingga sedikit sekali manusia yang mau
bersyukur atas apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Banyak manusia
yang lupa bahwa segala yang dimilikinya adalah pemberian karena ia lebih
menekankan kekuatan ego (ke’aku”an) yang ada pada dirinya.
Firman Allah dalam QS. As-Sajadah
ayat 9:
Artinya:
Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur
1.
Pandangan Tentang Manusia
1.
Manusia memiliki kemampuan
inheren untuk berbuat secara rasional ataupun tidak rasional
2.
Berpikir dan merasa itu sangat
dekat bergandengan antara satu dengan yang lainnya.
3.
Apa yang dipikirkan dan
dirasakan sekaligus mengambil bentuk self-talk (ST) yang selanjutnya
menyerahkan individu bertindak rasional atau tidak rasional.
2.
Pandangan Tentang Kepribadian
(perkembangan dan tingkahlakunya)
1.
Perkembangan kepribadian
manusia yaitu ia tercipta untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri,
kemampuan untuk self-destructive (SD), hedonis, buta dan menolak
aktualisasi diri.
2.
Tingkah laku berkenaan dengan
suatu kejadian atau peristiwa (A) yang
diikuti oleh perasaan tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan
(B) berpikir rasional atau tidak rasional.
3.
Kasus (tingkah laku salah
suai)
1.
Permaslahan emosional hamper
selalu terkait dengan perhatian individu yang selalu besar terhadap apa yang
dikatan orang lain kepadanya.
2.
Individu mengalami perasaan
tidak enak (sebagai akibat dari peristiwa), ia dapat rasional juga dapat tidak
rasional.
3.
Irrational belief (IB) mecekam individu
4.
IB sering mendapat penguatan sepanjan perkembangan individu (oleh orang tua,
sekolah, anggota masyarakat, da lembaga-lembaga)
III. Perkembangan Psikososial (Erikson)
1. Trust (0-1 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai dengan sifat percaya. Jika anak memperoleh kasih sayang
cukup dari orang tuanya dan kebutuhan
terpenuhi dengan baik. Perkembangan yang gagal jika pada masa ini anak sering
diterlantarkan dan dikasari oleh orang tua, maka dalam dirinya akan berkembang
sikap tidak percaya.
Teori ini
sesuai dengan Surat Al-Baqarah ayat 233:
Artinya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf, seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupan, janganlah seorang ibu menderita
kesengseraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian, apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya, dan jika kamu
2. Autonomy (1-3 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai oleh adanya otonomi, sedangkan perkembangan yang gagal
ditandai oleh adanya perasaan ragu-ragu dan malu. Pada usia ini anak perlu
mendapat kesempatan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahannya
itu. Jika orang tua terlalu berbuat banyak untuk kepentingan anak, hal ini
dapat menghambat otonomi dan merusak kemampuan mereka untuk menghadapi dunia
secara berhasil. Sikap orang tua yang cenderung melarang, memarahi, dan
menyesali perbuatan anaknya akan menumbuh kembangkan perasaan ragu-ragu dan
malu baik pada masa sekarang maupun pada tahap perkembangan selanjutnya.
Teori ini
sesuai dengan hadits berikut:
“Bantulah anak-anakmu agar bisa berbuat kebaikan
dan tidak menyusahkan, dan berlaku adillah dalam memberikan sesuatu kepada
mereka. Kalau mau, orang bisa membuat anak-anaknya selalu berbakti kepadanya” (HR. Ath-Thabrani).
3. Initiative (3-5 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai oleh adanya inisiatif. Sedangkan perkembangan yang gagal
ditandai dengan adanya perasaan bersalah. Menurut Erikson tugas individu pada
masa ini adalah membentuk rasa memiliki kemampuan dan inisiatif. Sikap yang
sebaiknya diambil oleh orangtua dalam mendidik adalah senantiasa memberikan
kesempatan kepada anak untuk beraktualisasi diri dengan berbagai percobaan yang
ingin mereka lakukan dan jika perlu merangsang mereka untuk melakukan berbagai
jenis percobaan walau menunjukkan hasil yang minimal.
Hadits tentang
inisiatif:
“Aisyah berkata: “Aku melihat Rasulullah SAW.
Berdir di depan pintu kamarku, semengtara orang-orang Habasyah sedang asyik
bermain agar di halaman mesjid Rasulullah SAW, beliau menggendong aku hanya
dengan kain selendangnya supaya aku bisa menonton permainan mereka, kemudian
berdiri supaya aku lebih leluasa melihat, aku ini orang gadis yang masih suka
bermain” (HR. Muslim)
4. Industry (6-11 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai dengan “menghasilkan”, sedangkan perkembangan yang gagal
ditandai dengan rasa rendah diri. Anak yang sukses menjalani perkembangannya
sudah mau melakukan sesuatu, contohnya menyapu rumah, mengerjakan PR, dan
membersihkan sepatu sendiri. Kewajiban melakukan hal tersebut menjadi ciri
sukses yang disebut dengan mampu menghasilkan tanggung jawab. Sebaliknya anak
yang kurang beruntung mengalami rendah diri, misalnya takut ke sekolah, takut
bernyanyi, dan kecenderungan merajuk. Anak-anak pada tahap ini mempunyai tugas
untuk membentuk nilai-nilai pribadi, melibatkan diri dalam kegiatan sosial,
belajar menerima dan memahami orang lain. Kegagalan pada masa ini akan
membentuk rasa ketidak mampuan sebagai orang dewasa kelak, dan
tahap perkembangan selanjutnya akan mengarah negatif.
Teori ini
sesuai dengan hadits berikut:
“Perintahkanlah anak-anakmu shalat ketika berusia
7 tahun dan pukulah mereka karena meninggalkan shalat ketika mereka telah
berusia 12 tahun” (HR.
Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim).
5. Ego Identity (11-20 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai dengan kemampuan mengenal identitas dirinya sendiri.
Perkembangan yang gagal ditandai dengan kebingungan baik dalam peran gender,
bingung dengan keadaan diri dan cita-cita di masa depan. Menurut Erikson,
krisis utama yang sering terjadi pada masa ini adalah krisis identitas yang berpengaruh
terhadap perkembangan individu di masa dewasa. Remaja yang gagal dalam
menentukan dirinya akan cenderung mengalami konflik peran, kehilangan tujuan
dan arah hidupnya.
Ego identity
dalam QS Al-Baqarah ayat 258:
Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang
mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada
orang itu pemerintahan (kekuasaan), ketika Ibrahim mengatakan: ‘Tuhanku ialah
yang menghidupkan dan mematikan’, orang itu berkata: ‘Saya dapat menghidupkan
dan mematikan’ [164] Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari Timur, Maka terbitkanlah Dia dari Barat’, lalu terdo=iamlah orang kafir itu,
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
6. Intimacy (21-30 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai dengan adanya keintiman, sedangkan perkembangan yang gagal
ditandai oleh isolasi. Intim yang dimaksud adalah memiliki kemampuan yang baik
untuk akrab dengan orang lain dan tidak menyukai menyendiri. Perkembangan yang
baik pada masa ini ditandai dengan adanya kematangan untuk memasuki lembaga
perkawinan. Sebaliknya orang yang suka menyendiri sebenarnya ia sedang berada
dalam kekacauan perkembangan. Ketidak percayaan terhadap
orang lain serta ketidak beranian untuk bekerja sama membuat
individu tersebut untuk mengurung diri, mengalami kesukaran dalam membina rumah
tangga yang harmonis dan kesulitan bekerja bersama orang lain.
7. Generality (30-55 tahun)
Perkembangan
yang sukses ditandai dengan adanya keaktifan dalam berbagai bidang secara umum.
Secara umum individu yang berada pada masa ini mampu melibatkan diri secara
luas yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan untuk mengasihi secara baik,
bekerja baik, dan bersahabat. Inilah yang disebut dengan kedewasaan dan
kematangan secara penuh. Individu yang sukses akan mampu berprestasi dengan
baik pada bidang yang ditekuninya. Pada tahap ini sudah mencapai kematangan
yang sempurna baik secara sosial, ekonomi, emosi dan intelektual.
8. Integrity (55 tahun ke atas)
Perkembangan
yang sukses ditandai dengan keterpaduan dan perkembangan yang gagal ditandai
dengan keputus asaan. Sukses yang terpadu maksudnya apa
yang dilakukannya sudah dapat dimaknainya dengan baik, misalnya jika sudah
memiliki cucu, dia akan sayang pada cucu dan menantunya. Sebaliknya
perkembangan yang gagal cenderung membenci menantu dan cucu serta banyak
penyesalan.
IV.
EGO BERKEMBANG ATAS KEKUATANNYA SENDIRI,
TIDAK TERGANTUNG PADA ENERGI ID
Sesuai
dengan QS. Ali Imran ayat 102:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
V.
PERTUMBUHAN EGO YANG NORMAL MERUPAKAN
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA ANAK:
1. Diferensiasi
2.
Berkembang melalui hubungan dengan
lingkungan
3.
Proses
sosialisasi
4.
Copinh
ability (CA) melalui:
a. Pola-pola baru tingkah laku
b. Usaha sadar yang akan
VI.
TIGA KATEGORI FUNGSI EGO
- Impulse economics yakni kemampuan menyalurkan ego pada hal yang berguna.
- Cognitive function yakni kemampuan ego untuk berfikir logis.
- Controling function yakni kemampuan ego memusatkan usaha untuk menyelesaikan tugas-tugas diganggu perasaan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hartono, dkk, 2012. Psikologi Konseling, Jakarta: Kencana.
Winkel,
2007. Pengantar Teori Konseling (Suatu
Uraian Ringkas) Jakarta: Ghalia Indonesia.
Al-Qur’an dan Kumpulan Hadits.
Prayitno, Konseling Pancawaskita. Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Padang: Padang 1998.
Taufik, Model-Model
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan UNP Padang: Padang, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar