Konseling
Behavioral (KONBE)
A. Biodata
klien
Nama : Syaiful Anwar
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 05 Oktober 1992
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Lubuk Basung, Kab.
Agam
B. Deskripsi
Kasus
Saya memiliki klien seorang mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi yang ada di kota padang. Klien saya yang satu ini bisa
dikatakan mahasiswa yang tergolong pintar di jurusannya, khususnya untuk di
lokalnya sendiri kawan-kawan dari klien saya ini sering bertanya kepadanya. Ia
juga dikagumi oleh teman-temannya karena ia selain pintar juga mahasiswa yang
rajin begitu juga dalam kehidupan sehari-harinya. Anak yang ke dua dari dua
bersaudara ini juga selalu rajin membantu orang tua. Yang mana orang tuanya
bekerja serabutan, tentu klien saya ini berasal dari keluarga yang memiliki
ekonomi menengah kebawah dan kehidupan yang cukup keras juga di terapkan oleh
orang tuanya di rumah namun ia setiap kali pulang klien saya ini selalu
membantu orang tuanya untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk biaya kuliahnya di kota padang.
Akan tetapi, klien
saya yang satu ini pintar dalam bentuk ilmu sains, dan ia sangat sulit dalam
berinteraksi, begitu juga ia di kosnya. Ia mengungkapkan kepada saya bahwa yang
sering untuk memulai berbicara terlebih dahulu apa yang menjadi permasalahan
yang ada di kos juga teman kosnya. Begitu juga menanyakan kegiatannya serta
bagai mana latar belakangnya, ia dalam diskusi sebenarnya ia tahu jawabannya
akan tetapi sulit untuk mengkomunikasikannya. Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis dengan menggunakan teori Konseling behavioral
bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri klien yang
bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan
bagaimana teknik mengetaskannya.
C. Teori
Konseling Behavioral (KONBE)
1.
Pandangan Tentang Manusia
a)
Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikkontrol oleh
faktor-faktor dari luar.
b)
Tingkah laku yang dipelajari ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar :
·
Pembiasaan klasik (PK)
·
Pembiasaan operan (PO)
·
Peniruan (PI)
c)
Tingkah laku tertentu terkait dengan kepuasan yang
diperoleh.
d)
Dengan demikian : individu melalui pengalaman
mengembangkan pola-pola kebutuhan yang mengarahkannya kepada pola-pola
kebutuhan yang mengarahkan kepada pola-pola tingkah laku tertentu.
2.
Kepribadian
a)
struktur kepribadian individu meliputi pola
tingkahlaku yang dipelajari.
b)
Peranan penguatan (reinforcement) amatlah penting, terutama self
reinforcement.
3.
Kasus
a)
Masalah-masalah klie sebahagian besar adalah berkenaan
dengan prose belajar.
b)
Kepribadian manusia terdiri dari kebiasaan positif dan
negative.
c)
Kebiasaan yang tidak cocok dengan lingkungan terbentuk
dengan proses melalui proses penguatan belajar.
d)
Perbedaan anatara tingkah laku normal dan salah suai
tidak tereletak pada bagaimana tingkah laku - tingkah laku itu dipelajar,
melainkan pada tinngkat kesesuaian terhadap tuntutan lingkungan.
e)
Konseling behavior sangat memperhatikan pola-pola
tingkah laku yang tampak yang menyebabkan individu mengalami kesulitan.
4.
Tujuan Konseling Behavior
a)
Tujuan konseling harus dinyatakan dalam bentuk dan
istilah-istilah yang khusus, melalui :
·
Definisi masalah
·
Sejarah perkembangan klien, untuk mengungkapkan:
kesuksesan/kegagalan, kekuatan/kelemahan, pola hubungan antar personal, tingkah
laku penyesuaian, area masalah.
·
Menentukan metode untuk mencapai metode perubahan
tingkah laku.
b)
Konselor dank lien harus bersama-sama merumuskan
tujuan konseling.
5.
Teknik Konseling Behavior
a)
Teknik konseling adalah proses belajar
b)
Suasana konseling harus hangat dan permisif, saling
percaya antar konselor dank lien.
c)
Konselor aktif dalam merumuskan masalah yang di alami
klien, memegang tanggung jawab atas kegiatan konseling, konselor mengontrol dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d)
Teknik umum yang dipakai yaitu :
·
Shaping : memodifikasi tingkahlaku melalui
pemberian penguatan.
·
Extinction : mengurangi tingkah laku yang tidak
diingini.
·
Reinforcing incompatible behavior : memberikan
penguatan terhadap satu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan
tingkah laku yang tidak diingini.
·
Contracting : merencanakan prosedur pemberian
penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan.
·
Cognitive learning : memberikan penjelasan lisan tentang berbagai hal.
·
Cover reinforcement : memberikan
penguatan dengan jalan membayangkan hal-hal yang bersangkut paut dengan tingkah
laku yang menjadi objek konseling.
D.
Analisis Kasus
1. Memahami
kepribadian klien
Masalah
utama yang dihadapi oleh klien adalah keterbasan kemampuan dalam berinteraksi,
seperti berkomunikasi dan bergaul dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
Di ceritakan klien hal ini memang ia alami semenjak ia masih kanak-kanak, ketika masih kecil ia juga sulit dalam bergaul dengan
teman-teman sebayanya. Ketika ditanyakan
tentang orang tuanya klien, bagaimana pendidikan dalam keluarganya? Klien
mengatakan cara yang ditampilkan oleh orang tuanya terutama ayahnya sangatlah
disiplin dan tergolong keras. Tidak jarang dirinya dan juga saudara-saudaranya
di marahi oleh orang tuanya secara habis-habisan jika melakukan kesalahan
didalam kesehariannya.
Jika masalah
ini kita analisis dengan menggunakan teori Konseling Behavioral maka
dapat dipahami bahwa klien tersebut bermasalah didalam pembelajarannya. Karena,
menurut Skinner dalam teorinya teori
Konseling Behavioral menyetakan bahwa “struktur kepribadian individu
meliputi pola tingkahlaku yang dipelajri”.
Klien yang sebelumnya adalah
seorang yag hidup dalam lingkungan keluarga yang memiliki aturan yang sangat
disiplin dan keras, maka ketika tingkahlaku klien saat ini cenderung lebih
pendiam dan susah dalam bergaul itu adalah hasil belajarnya dari pengalaman-pengalamannya didalam lingkungan
keluarganya.
Menurut
Skinner faktor pengalaman (faktor eksternal) lebih berpengaruh dalam membengtuk
tingkahlaku kepribadian seseorang didalam kesehariannya pada saat ini
dibandingkan faktor keturunan (faktor internal). Wajar saja klien pada saat ini
susah dalam berinterkasi dan cenderung menjadi seorang yang pendiam, itu semua
karena perlakuan dari orang tuanya dan
hasil dari pengalamannya pada saat pembentukan kepribadiannya dimasa kecil.
Dalam teori ini juga Skinner menyebutkan bahwa “peranan
penguatan (reinforcement) amatlah penting dalam membentuk kepribadian seseorang
terutama Self-reinforcement”. Reinforcement ini adalah penguatan yang
diberikan oleh pihak luar terhadap individu, baik itu penguatan yang
positif maupun penguatan yang negative. Yang terjadi padda diri klien ternyata pengutan yang negative lebih dominan
dari pada penguatan yang positif yang berdampak pada adanya tingkah laku yang
tidak baik npada diri individu klien.
Adapun penguatan negative yang diberikan oleh pihak orang tua klien ini seperti
selalu memarahi klien ketika ia berbuat salah tanpa menimbangkan faktor
penyebab kesalahan yang ia perbuat, dan itu terjadi secara berulang-ulang, ini
berdampak kepada kepribadian klien yang selalu menarik diri, lebih pendiam
dan kurang dalam berinteraksi.
2.
Proses Konseling Behavioral
a)
Peran dan fungsi konselor.
Konselor memainkan peran aktif dan direktif dalam
memberikan treatment yaitu menerapkan pengetahuan ilmiah dalam memecahkan
permasalahan klien. Konselor berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli dalam
mendiagnosis tingkah laku salah suai diri klien, kemudian mengarahka klien
untuk membentuk suatu kondisi yang baru pada dirinya, ia tidak lagi di kekang
oleh aturan-aturan yang terlalu berat yang akan menekan kreatifitasnya.
b)
Hubungan antara konselor dan klien.
Konselor
berperan sebagai agen pemberi penguatan, namun peran ini tidak berarti konselor
berperan sebagai yang membina hubungan yang bersifat mekanis, manipulative dan
inpersonal. Konselor harus mengembangkan suasana kepercayaan dengan
memperlihatkan bahwa dia memahami dan menerima klien serta konselor dank lien
mesti bekerja sama.
c)
Pengalaman klien didalam konseling
Keterlibatan
klien dalam proses terapeutik dalam kenyataannya menjadi lebih aktif, dan tidak
hanya sebagai penerima teknik-teknik yang pasif. Klien didorong untuk
berekperimen dengan tingkah laku barunya, denga tujuan agar tingkah laku klien
yang pendiam dan kesulitan dalam berinteraksi sebelumnya dapat diminimalisir dan
pada akhirnyanya dihilangkan.
3.
Teknik Konseling Behavioral
Teknik
konseling didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari. Jika
selama ini klien mendapatkan respon yang terlalu keras dan amat ketat dari
orang tuanya, maka ini harus dihapuskan dan dihilangkan dari memori ingatan
klien. Sesudah ini dihapuskan maka klien diberikan respon-respon yang baru yang
akan menguatkan hal positif pada dirinya, dengan begitu klien akan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dengan baik.
Adapun teknik-teknik umum yang ada didalam Konseling Behavior yaitu:
a)
Shaping ; memodifikasi tingkah laku melalui
pemberian penguatan. Tingkah laku klien yang selama ini adalah pendiam dan
sulit dala bergaul serta berinteraksi dengan lingkunganya maka klien harus
mengubahnya, dengan melakukannya secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan dalam tinggkah laku klien yang
baru.
b)
Extinction; mengurangi berlansungnya tingakah
laku klie yang selama ini pendiam dan tidak mudah dalam bergaul karena itu
adalah tingkah laku yang tidak diinginkannya.
Konseling Realitas (KOREAL)
A. Biodata
Klien
Nama : Valderama
Tempat
tanggal lahir : Batu Basa 13 Oktober 1990
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Batu Basa, Kab. Tanah
Datar
B. Deskripsi
Kasus
Klien
saya yang satu ini merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara. Pada saat ini ia
duduk di bangku perkuliahan di salah satu perguruan tinggi, yang mana jurusan
yang ia pilih tergolong sulit di kampus tersebut. Ia mengungkapkan kepada saya
bahwa ia tidak pernah membuat tugas sama sekali selama ia kuliah, akan tetapi
tugasnya itu yang membuatnya adalah temannya. Lebih jelas lagi ia mengungkapkan
bahwa temannya siang malam belajar tapi itu masih susah juga untuk wisuda.
Ketika saya itu saya coba untuk konfrontasi, “teman anda siang malam belajar
belum tentu juga wisuda cepat, dan anda tidak belajar sama sekali bagaimana
itu?” dia hanya menjawab semuanya akan wisuda tergantung cepat atau lambat
saja, kuliah harus di jalani saja. Berdasarkan ungkapannya itu klien saya ini
dalam kuliah tanpa memikirkan lagi kapan ia akan wisuda malahan ia hanya banyak
bermain saja kurang harapan terhadap kuliahnya. Cuek terhadap permasalahn
perkuliahannya.
Saya
mencoba mendalami lagi apa yang terjadi dengan klien saya ini. Ternyata dia
berasal dari keluarga yang broken home. Orang tuanya berpisah semenjak dia
berumur 7 tahun, ibunya berangkat ke Jakarta sedangkan ayahnya mempunyai istri
baru di kampungnya tersebut. Dan dia tinggal dengan kakaknya sampai ia berumur
15 tahun, setelah itu semua kakak-kakaknya pergi merantau dan memiliki keluarga
di rantau tersebut dan dia hanya tingga sendiri saja di rumahnya, sampai
sekarang ia kuliah masih sendiri jika ia pulang kampong. Jika dia rindu dengan
ibunya maka ia harus berangkat ke Jakarta terlebih dahulu. Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis dengan menggunakan teori Konseling Realitas bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri klien yang
bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan
bagaimana teknik mengetaskannya.
C. Teori Konseling
Realitas
(KOREAL)
1.
Pandangan Tentang Kepribadian
·
Perkembangan kepribadian merupakan fungsi dari
kebutuhan individu belajar untuk memenuhi kebutuhannya. Jika terpenuhi dengan
baik disebut berfungsi secara tepat (responsible/success identity )
·
SI (success identity) berkembang
melalui hubungan yang mesra dengan orang tua yang bertanggung jawab. Orang tua
ini memilihara dengan cinta, pengajaran, disiplin, dan teladan yang baik.
·
Syarat pada diri anak untuk mengembangkan SI-nya yaitu
merasa dicintaidan berguna.
·
Dasar-dasar SI ada tiga yaitu
-
Right : normanorma yang berlaku
-
Responsibility : kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi tanpa mengganggu pemenuhan
kebutuhan orang lain.
-
Reality : acuan nyata bagi pemenuhan kebutuhan
pribadi.
2.
Kasus
·
Apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhannya,
ia akan kehilangan hubungan dengan
kenyataan, persepsinya terhadap kenyataan menjadi kacau.
·
Penyebabnya yaitu kegagalan orang tua, guru, sekolah
memenuhi kebutuhan cinta anak mereka, tidak pernah belajar bertingkah laku
secara bertanggung jawab serta kegagalan individu memperoleh hubungan yang baik
dengan orang-orang baginya amat penting.
3.
Tujuan Konseling Realitas
·
Konseling merupakan tempat yang secara khusus mengajar
atau melatih klien apa-apa yang seharusnya dilakukan didalam hidupnya,
pengajaran atau latihan itu dilaksanakan dalam waktu singkat.
·
Mengajar klien memenuhi kebutuhannya dengan
mempergunakan pedoman R3.
4.
Teknik Konseling Realitas
Teknik umum yang dapat dipakai secarab fleksibel oleh
konselor :
a)
Personal : menciptakan suasana hangat dan
penuh perhatian terhadap klien.
Dalam mengentaskan masalah klien ini konselor harus
menerima klien dengan sepenuh hati dan
memberikan perhatian secara tulus. Ini dilakukan agar klien meras nyaman ketika
menjalani proses konseling.
b)
Menekankan sekarang (kekinian) : menekankan
berfungsinya klien sekarang, bukan masa lalu.
c)
Mempertimbangkan nilai : yaitu
klien diajak untuk mempertimbangkan apakah dengan tingkah lakunya sendiri menguntungkan atau merugikan dirinya sendiri
atau orang lain. Jika hal itu jelas merugikan maka klien harus meninggalkan
tingkah lakunya yang lama tersebut.
d)
Merencanakan : klien diajak untuk membuat rencana
khusus untuk mengubah tingkahlaku yang tidak responsible. Semoga dengan
rencana yang telah disusun tersebut kelin dapat menjalankannya dan meninggalkan
tingkah laku lamanya.
e)
Tidak ada maaf : apabila rencana perubahan yang
dibuat itu tidak terlaksana, atau tidak membuahkan hasil, konselor tidak
bertanya mengapa (dengan demikian memberikan maaf) namun membantu klien membuat
rencana lebih baru lagi yang selanjutnya.
Tidak ada hukuman : konselor tidak menghukum, sebab menghukum akan
memperkuat FI. Dalam pada itu konselor memberikan kesempatan kepada klien merasakan akibat akibat dari
tingkahlakunya yang salah selama ini yaitu suka berdiam diri, bermenung, dan
tidak mau bergaul dengan orang lain.
D.
Analisis Kasus
1. Memahami
kepribadian klien
Masalah yang paling
utama yang di hadapi oleh
klien saya ini adalah kurangnya mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan juga keluarganya
yang lain, menyebabkan dia cuek
terhadap kehidupannya dan bahkan dia sudah tidak memikirkan lagi apa yang akan
terjadi pada dirinya untuk masa yang akan mendatang.
Jika
kita analisis dengan teori dengan menggunakan teori Konseling Realitas maka
dapat dipahami bahwa klien tersebut perkembangan
kepribadiannya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Dalam hal ini orang tua
berperan penting dalam perkembangan tingkah anak.
Menurut
pandangan Glasser dalam teori Realitas ini menyatakan bahwa “perkembangan
kepribadian merupakan fungsi dari bagaimana individu belajar untuk memenuhi
kebutuhannya, yang dapat memenuhi dengan baik, disebut berfungsi secara tepat
(responsible) – success identity (SI). Sedangkan yang tidak baik disebut
berfungsi secara tidak baik (irresponsible) – failure identity (FI)”. Adapun
masalah yang terjadi pada klien adalah mengalami tekanan mental yang disebabkan
oleh perlakuan orang tuanya yang berdampak kepada tidak baiknya perkembangan
tingkah laku dan kepribadiannya seperti pendiam, sering murung dan tidak mau
bergaul dengan orang lain, ini berarti dia irresponsible atau tidak
berfungsinya pemenuhan secara baik yang disebut juga dengan failure
identity.
Perkembangan kepribadian menurut
Glasser dalam teorinya ini menyatakan bahwa “Succes Identity
(SI) akan berkembang dengan baik apabila seseorang melalui hubungan yang mesra,
baik serta harmonis dengan orang
tuanyayang bertanggung jawab. Orang tua tersebut memelihara anaknya dengan
cinta, pengajaran yang baik, disiplin, dan juga teladan. Dan SI ini akan
berkembang pada diri sang anak apabila ia merasa dicintai dan merasa berguna”.
Maka wajar saja klien tersebut
mengalami ketidaksehatan mental ini terkait dengan perlakuan orang tuanya yang
tidak baik, seperti suka memarahi, berkata kasar dan memojokkan diri klien,
dengan sendirinya klien akan merasa tidak dicintai dan dirinya tidak berguna yang pada akhirnya perkembangan Succes
identitynya terganggu.
2.
Teknik Konseling Realitas
Berdasarkan teori diatas dapat
disimpulkan bahwa teknik konseling realitas yang tepat untuk menangani masalah
klien ini adalah dengan cara menerima klien dengan hangat, Menekankan
sekarang (kekinian), Mempertimbangkan nilai, Merencanakan, Tidak ada maaf. Pada teknik
ini klien memang di tekankan pada perubahan tingkah laku serta sikap klien
terhadap dirinya.
Konseling Tauhid
A. Biodata
Klien
Nama : Sukri Firmanda
Tempat
tanggal lahir : Bukit Tinggi 09 Juni 1986
Pekerjaan : Wira Swasta
Alamat : Batu Basa, Kab. Tanah
Datar
B. Deskripsi
Kasus
Saya memiliki
seoarang klien yang berprofesi sebagai seoarang wira swasta, ia notabenenya
berasal dari keluarga yang taat beribadah yang telah diterapkan oleh orang
tuanya dari kecil sampai ia berkeluarga. Hal yang sudah diterapkan oleh
keluarganya dalam melaksanakan ibadah selalu ia laksanakan dan di terapkan juga
pada istrinya.
Akan tetapi ia
memiliki sebuah masalah yang ia hadapi, ia mengungkapkan kepada saya ia selalu
dilindungi oleh kakeknya yang telah meninggal dan itu sangat di yakininya
sehingga ia harus menyiapkan sejenis sesajian untuk roh kakeknya tersebut.
Lebih jelas ia mengungkapkannya lagi bahwa ketika ia tidak menyediakan semacam
sesajian tersebut badannya terasa panas. Dan sampai saat saat ini ia percaya
bahwa roh kakeknya tersebut selalu berada dedekatnya. Meskipun ia rajin
melaksanakan ibadah.
Maka, dari itu permasalahan ini
akan dianalisis dengan menggunakan teori
Konseling Tauhid bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri klien yang
bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan bagaimana
teknik mengetaskannya?
C. Teori
Konseling Tauhid
1. Pandangan
Tentang Manusia
·
Tugas hidup manusia di bumi ini adalah di utus untuk menjadi (Khalifah) pemimpin.
·
Tujuan hidup manusia diatas dunia ini yaitu
semata-mata untuk beribadah kepada Allah.
2. Perkembangan
kepribadian manusia
Perkembangan kepribadian manusia
ditentukan oleh dua faktor yaitu :
a)
pertama, faktor hereditas (keturunan).
Dalam hadits nabi SAW. terdapat isyarat mengenai pengaruh faktor pembawaan atau
hereditas ini :
“Hendaklah kalian menikahi keturunan
yang saleh sebab pangkal menyisip”. (HR. Ibnu ‘Abdi dari Annas bin
Malik)
b)
Kedua, faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan
ini adalah pengaruh daripada lingkungan tempat tinggal seseorang seperti
lingkungan keluarga, masyarakat dan juga daerah tiempat tinggal seseorang. Ini
sesuai dengan hadits nabi SAW :
“Tiada seorang anak pun yang lahir,
kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya lah yang
menjadikan anak itu beragama yahudi, nasrani atau majusi”. (HR. Bukhari
– Muslim).
2.
Kasus
Berdasarkan konsep konseling ini, pribadi yang berkasus
memiliki ciri-ciri yaitu:
a)
Tidak mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya
dengan diri sendiri
Menurut konsep ini, bahwa pribadi yang tidak mampu
mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri yaitu :
·
Ego tidak berfungsi penuh, tidak serasinya antara Id,
ego dan super ego
·
Dikuasasi kecemasan
·
Tertutup
·
Rendah diri
·
Kurang kesadaran diri
·
Menolak diri sendiri.
b)
Tidak mampu mengatur diri dalam hubungan dengan orang
lain.
Menurut konsep ini pribadi yang tidak mampu mengatur
hubungan dengan orang lain memiliki ciri-ciri, yaitu :
·
Egois dan tidak mau menyumbang hanya ingin menerima
·
Memandang diri sendiri benar sedang orang lain jelek
·
Tidak konstruktif
·
Memenuhi kebutuhan sendiri dengan tidak peduli.
c)
Tidak mampu mengatur diri dalam hubungan dengan
lingkungan.
Pribadi yang tidak mampu mengatur hubungan diri sendiri dengan lingkkungan adalh pribadi
yang tidak mampu berinteraksi dan mengelola lingkungannya secara baik, sehingga
bisa melakukan hal-hal yang membuat lingkungan menjadi rusak.
d)
Tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan
Allah SWT.
Menurut Al-Qur’an pribadi yang tidak mampu mengatur
dirinya sendiri dengan Allah SWT adalah pribadi yang kufur dan syrik. Pribadi
yang kufur adalah pribadi yang tidak beriman dan tidak menjalankan syariat
Allah SWT.
1. Tujuan Dan
Teknik Konseling Tauhid
Ada beberapa tujuan konseling ini yaitu :
·
Agar orang
yakin bahwa Allah SWT adalah penolong utama dalam menghadapi kesulitan
yang dihadapi.
·
Agar orang
sadar bahwa manusia tidak ada yang bebas dari masalah, oleh sebab itu
manusia wajib berikhtiardan berdo’a kepada Allah agar dapat menghadapi
masalahnya secara wajar dan dapat memecahkan masalahnya sesuai dengan tuntutan
Allah SWT.
·
Agar orang sadar bahwa akal dan budi yang dianugrahkan
oleh Allah itu harus fungsikan sesuai dengan ajaran Islam.
·
Mensejahterakan kehidupan lahir batin serta
kebahagiaan didunia dan diakhirat berdasarkan ajaran Islam.
Adapun teknik dalam prose konseling ini yaitu :
a)
Teknik yang bersifat Verbal
-
Penerimaan klien
Tahap awal yang harus dilakukan
adalah menerima klien secara positif dan tidak menunjukkan penolakan. Wajah
yang berseri tanpa menampakkan muka masam adalah merupakan suatu bentuk
kebaikan.
-
Ajakan berbicara pada klien
Perkataan rasulullah sarat dengan
makna. Beliau memiliki kemampuan dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan
hanya sedikit kata. Didalam teknik konseling tauhid ini juga seperti konseling
secara umum, klien diajak untuk membicarakan masalah yang dihadapinya, kemudian
dianalisis masalah tersebut dan dilakukan proses pembinaan.
b)
Teknik yang bersift non verbal.
Yaitu klien disuruh untuk berdoa dan
meminta kepada Allah agar ia bisa keluar dari masalahnya, disamping itu
konselor juga mendoakan klien agar bisa terbaebas dari masalah yang
dihadapinya. Karena bagaimanapun juga tetaplah tuhan yang menentukan kebaikan
dan keburukan yang terjadi pada manusia itu sendiri.
D.
Analisis Kasus
1. Memahami kepribadian klien
Masalah yang paling mendasar yang terjadi pada diri klien
saya yang satu ini merupakan masalah keimanan dan akidah, keimanan yang lemah
yang dimilikinya sehingga ia percaya pada roh bisa melindunginya dan pemahaman
agama yang kurang mantap. Memang ia telah melaksanakan ibadah dengan baik namun
kurangnya ilmu pengetahuan terhadap agama membuat dia percaya pada mahkluk
halus yang bisa melindunginya.
Jika kita analisis masalah klien ini dengan menggunakan Konseling Tauhid,
maka klien tersebut bermasalah pada akidah dan ilmu pengetahuannya terhadap
agama yang ia yakini tersebut. Dalam
perkembangan kepribadian manusia dalam pandangan islam terdapat dua faktor yang mempengaruhi yaitu pertama,
faktor hereditas (keturunan). Dalam hadits nabi SAW. Kedua, faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan
ini adalah pengaruh daripada lingkungan tempat tinggal seseorang seperti
lingkungan keluarga, masyarakat dan juga daerah tiempat tinggal seseorang. Ini
sesuai dengan hadits nabi SAW :
“Tiada seorang anak pun yang lahir, kecuali ia
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan
anak itu beragama yahudi, nasrani atau majusi”. (HR. Bukhari
– Muslim).
jadi faktor lingkungan sangat
berperan penting dalam kehidupan manusia khususnya pada perkembangan
kepribadian manusia di lihat dari aspek hubungannya sesama manusia dan
hubungannya dengan Allah dalam rangka beribadah.
2. Teknik Konseling Tauhid
Adapun
teknik dalam prose konseling ini yaitu :
a.
Teknik yang bersifat Verbal
- Penerimaan
klien
Tahap awal yang harus dilakukan
adalah menerima klien secara positif dan tidak menunjukkan penolakan. Wajah
yang berseri tanpa menampakkan muka masam adalah merupakan suatu bentuk
kebaikan.
- Ajakan
berbicara pada klien
Perkataan rasulullah sarat dengan makna.
Beliau memiliki kemampuan dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan hanya
sedikit kata. Didalam teknik konseling tauhid ini juga seperti konseling secara
umum, klien diajak untuk membicarakan masalah yang dihadapinya, kemudian
dianalisis masalah tersebut dan dilakukan proses pembinaan.
b.
Teknik yang bersift non verbal.
Yaitu klien disuruh untuk berdoa dan
meminta kepada Allah agar ia bisa keluar dari masalahnya, disamping itu
konselor juga mendoakan klien agar bisa terbaebas dari masalah yang
dihadapinya. Karena bagaimanapun juga tetaplah tuhan yang menentukan kebaikan
dan keburukan yang terjadi pada manusia itu sendiri.
Jadi, penerimaan klien haruslah dilakukan dengan baik,
sehingga timbul kepercayaan diri klien terhadap konselor, cara-cara yang kita
anjurkan lebih kepada pendekatan terhadap tuhan dan ilmu pengetahuan sehingga
apa yang dia pahami tentang akidah menjadi sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah.
Konseling Rasional Emotif (KOREM)
A. Biodata
Klien
Nama : Era Susanti
Tempat
tanggal lahir : Ampang, 15 April 1972
Pekrjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sarang Gagak, Kel.
Anduring, Padang
B. Deskripsi
Kasus
Saya
memiliki klien yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 3 anak.
Yang kegiatan sehari-harinya hanya membuat gorengan yang ia jual pada kedai-kedai
yang ada di sekitar rumahnya tersebut. Dan suaminya tidak bekerja lagi, karena
mengalami penyakit asam urat yang telah akut/parah. Tapi ia mengungkapkan
kepada saya bahwa kebutuhannya banyak sekali, dengan pekerjaannya itu, itu
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Akan tetapi 3 tiga anaknya
sekolah di sekolah yang mahal, dan membelikan barang-barang yang bersifat mahal
ketika ia mendapatkan ia dari usaha pembuatan gorengan tersebut, dan
keinginanya lagi ingin membelikan ini itu yang bersifat mahal, sedangkan
penghasilannya hanya sedikit jadi tidak seimbang lagi antara pendapatan dengan
pengeluaran.
Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis dengan menggunakan teori Konseling Rasional
Emotif bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian
diri klien yang bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku
salahsuainya, dan bagaimana teknik mengetaskannya.
C. Teori
Konseling Rasional Emotif (KOREM)
1.
Pandangan Tentang Manusia
·
Manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
secara rasional ataupun tidak rasional
·
Berpikir dan merasa itu sangat dekat bergandengan
antara satu dengan yang lainnya.
·
Apa yang dipikirkan dan dirasakan sekaligus mengambil
bentuk self-talk (ST) yang selanjutnya menyerahkan individu bertindak
rasional atau tidak rasional.
2.
Pandangan Tentang Kepribadian (perkembangan dan
tingkahlakunya)
·
Perkembangan kepribadian manusia yaitu ia tercipta
untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri, kemampuan untuk self-destructive
(SD), hedonis, buta dan menolak aktualisasi diri.
·
Tingkah laku berkenaan dengan suatu kejadian atau
peristiwa (A) yang diikuti oleh perasaan
tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan (B) berpikir rasional atau
tidak rasional.
3.
Kasus (tingkah laku salah suai)
·
permaslahan emosional hampir selalu
terkait dengan perhatian individu yang selalu besar terhadap apa yang dikatan
orang lain kepadanya.
·
Individu mengalami perasaan tidak enak (sebagai akibat
dari peristiwa), ia dapat rasional juga dapat tidak rasional.
·
Irrational belief (IB) mecekam
individu
·
IB sering mendapat penguatan sepanjan
perkembangan individu (oleh orang tua, sekolah, anggota masyarakat, da
lembaga-lembaga).
4.
Tujuan Konseling Rational Emotif
a)
Mengubah pemikiran yang tidak logis
b)
Memerangi pemikiran yang tidak rasional (iB) pada diri
klien yang melatar belakangi berbagai ketakutan/kecemasannya, dan menggantinya
dengan pemikiran yang rasional.
5.
Teknik Konseling Rational Emotif
Ada tiga pola dasar dalam teknik konseling ini yaitu :
a)
Konseling kognitif, memperlihatkan kepada klien bahwa ia
harus meninggalkan sikapnya yang perfeksionistik apabila ia ingin lebih
bahagia.
b)
Konseling emotif-evokatif mengubah sistem nilai klien. Berbagai teknik
digunakan untuk menyadarkan klien yang benar dan yang salah.
c)
Konse,ling behavior mengembangkan pola berpikir da bertingkah laku
yang baru segera setelah klien menyadari kesalahan-kesalahannya, teknik yang
dipakai bersifat eklektik.
D.
Analisis Kasus
1. Memahami kepribadian klien
Menurut pandangan Ellis dalam teorinya ini menyatakan “bahwa
manusia memiliki kemapuan inheren untuk berbuat secara rasional atau tidak
rasional. Berpikir dan dan merasa itu sangat dekat hubungannya, pikiran
seseorang bisa menjadi perasaannya, dan sebaliknya”. Ini dapat diartikan
bahwa manusia itu secara penuh dapat menentukan apakah dia akan bertindak
secara rasional (masuk akal) atau pun bertindak irasional (tidak masuk akal).
Perkembangan kepribadian menurut
Ellis menyatakan bahwa ”manusia tercipta dengan dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan
dirinya. Kemampuan untuk self-destructive
(SD), hedonis buta, dan menolak aktualisasi diri. Dan juga individu sangat mudah di pengaruhi oleh orang
lain (suggestible)”. Maka yang terjadi pada klien adalah suatu tindakan
yang tidak terkontrol dalam memenuhi pemuasan diri, ia cenderung mengikuti
pemikiran irasionalnya hingga ia pun bertindak yang irasional yaitu memuaskan
diri dengan main game sepanjang waktunya hingga ia mengabaikan segalanya.
Jadi, Berdasarkan teori tersebut
maka hal yang paling mendasar yang terjadi pada diri klien saya ini adalah
berpikir secara irasional dimana pendapat yang ada pada klien tidak sesuai
dengan apa yang diharapkannya. Yang mana pendapatan klien sedikit sedangkan dia
selalu ingin membelikan barang ataupun benda dalam bentuk mewah atau mahal.
2.
Teknik Konseling Rasional Emotif
Ada tiga pola dasar dalam teknik konseling ini yaitu :
d)
Konseling kognitif, memperlihatkan kepada klien bahwa ia
harus meninggalkan sikapnya yang perfeksionistik apabila ia ingin lebih
bahagia. Maka yang harus dihindari oleh klien saya menurut teori ini adalah
menghindari pengeluaran yang tidak terlalu penting dengan mempertimbangkan
pendapatan.
e)
Konseling emotif-evokatif mengubah sistem nilai klien. Berbagai teknik
digunakan untuk menyadarkan klien yang benar dan yang salah. Dalam hal ini
penyadaran terhadap klien atas apa yang ia miliki saat ini dan mencoba mengajak
klien untuk berpikir rasional.
f)
Konse,ling behavior mengembangkan pola berpikir dan bertingkah
laku yang baru segera setelah klien menyadari kesalahan-kesalahannya, teknik
yang dipakai bersifat eklektik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar