Rabu, 11 Februari 2015

Analisis Masalah MOMOKO I



Konseling Behavioral (KONBE)
A.    Biodata klien
Nama                           : Syaiful Anwar
Tempat tanggal lahir    : Jakarta, 05 Oktober 1992
Pekerjaan                     : Mahasiswa
Alamat                         : Lubuk Basung, Kab. Agam

B.     Deskripsi Kasus
Saya memiliki klien seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang ada di kota padang. Klien saya yang satu ini bisa dikatakan mahasiswa yang tergolong pintar di jurusannya, khususnya untuk di lokalnya sendiri kawan-kawan dari klien saya ini sering bertanya kepadanya. Ia juga dikagumi oleh teman-temannya karena ia selain pintar juga mahasiswa yang rajin begitu juga dalam kehidupan sehari-harinya. Anak yang ke dua dari dua bersaudara ini juga selalu rajin membantu orang tua. Yang mana orang tuanya bekerja serabutan, tentu klien saya ini berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah kebawah dan kehidupan yang cukup keras juga di terapkan oleh orang tuanya di rumah namun ia setiap kali pulang klien saya ini selalu membantu orang tuanya untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk biaya kuliahnya di kota padang.
Akan tetapi, klien saya yang satu ini pintar dalam bentuk ilmu sains, dan ia sangat sulit dalam berinteraksi, begitu juga ia di kosnya. Ia mengungkapkan kepada saya bahwa yang sering untuk memulai berbicara terlebih dahulu apa yang menjadi permasalahan yang ada di kos juga teman kosnya. Begitu juga menanyakan kegiatannya serta bagai mana latar belakangnya, ia dalam diskusi sebenarnya ia tahu jawabannya akan tetapi sulit untuk mengkomunikasikannya. Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis  dengan menggunakan teori Konseling behavioral bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri  klien yang  bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan bagaimana teknik mengetaskannya.





C.    Teori Konseling  Behavioral (KONBE)
1.      Pandangan Tentang Manusia
a)      Manusia adalah makhluk reaktif  yang tingkah lakunya dikkontrol oleh faktor-faktor  dari luar.
b)      Tingkah laku yang dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum  belajar :
·         Pembiasaan klasik (PK)
·         Pembiasaan operan (PO)
·         Peniruan (PI)
c)      Tingkah laku tertentu terkait dengan kepuasan yang diperoleh.
d)     Dengan demikian : individu melalui pengalaman mengembangkan pola-pola kebutuhan yang mengarahkannya kepada pola-pola kebutuhan yang mengarahkan kepada pola-pola tingkah laku tertentu.
2.      Kepribadian
a)      struktur kepribadian individu meliputi pola tingkahlaku yang dipelajari.
b)      Peranan penguatan (reinforcement)  amatlah penting, terutama self reinforcement.
3.      Kasus
a)      Masalah-masalah klie sebahagian besar adalah berkenaan dengan prose belajar.
b)      Kepribadian manusia terdiri dari kebiasaan positif dan negative.
c)      Kebiasaan yang tidak cocok dengan lingkungan terbentuk dengan proses melalui proses penguatan belajar.
d)     Perbedaan anatara tingkah laku normal dan salah suai tidak tereletak pada bagaimana tingkah laku - tingkah laku itu dipelajar, melainkan pada tinngkat kesesuaian terhadap tuntutan lingkungan.
e)      Konseling behavior sangat memperhatikan pola-pola tingkah laku yang tampak yang menyebabkan individu mengalami kesulitan.
4.      Tujuan Konseling Behavior
a)      Tujuan konseling harus dinyatakan dalam bentuk dan istilah-istilah yang khusus, melalui :
·         Definisi masalah
·         Sejarah perkembangan klien, untuk mengungkapkan: kesuksesan/kegagalan, kekuatan/kelemahan, pola hubungan antar personal, tingkah laku penyesuaian, area masalah.
·         Menentukan metode untuk mencapai metode perubahan tingkah laku.
b)      Konselor dank lien harus bersama-sama merumuskan tujuan konseling.
5.      Teknik Konseling Behavior
a)      Teknik konseling adalah proses belajar
b)      Suasana konseling harus hangat dan permisif, saling percaya antar konselor dank lien.
c)      Konselor aktif dalam merumuskan masalah yang di alami klien, memegang tanggung jawab atas kegiatan konseling, konselor mengontrol dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d)     Teknik umum yang dipakai yaitu :
·         Shaping : memodifikasi tingkahlaku melalui pemberian penguatan.
·         Extinction : mengurangi tingkah laku yang tidak diingini.
·         Reinforcing incompatible behavior : memberikan penguatan terhadap satu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diingini.
·         Contracting : merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan.
·         Cognitive learning : memberikan  penjelasan lisan tentang berbagai hal.
·         Cover reinforcement : memberikan penguatan dengan jalan membayangkan hal-hal yang bersangkut paut dengan tingkah laku yang menjadi objek konseling.
D.    Analisis Kasus
1.    Memahami kepribadian klien
Masalah utama yang dihadapi oleh klien adalah keterbasan kemampuan dalam berinteraksi, seperti berkomunikasi dan bergaul dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Di ceritakan klien hal ini memang ia alami semenjak ia masih kanak-kanak,  ketika masih kecil  ia juga sulit dalam bergaul dengan teman-teman sebayanya.  Ketika ditanyakan tentang orang tuanya klien, bagaimana pendidikan dalam keluarganya? Klien mengatakan cara yang ditampilkan oleh orang tuanya terutama ayahnya sangatlah disiplin dan tergolong keras. Tidak jarang dirinya dan juga saudara-saudaranya di marahi oleh orang tuanya secara habis-habisan jika melakukan kesalahan didalam kesehariannya.
Jika masalah ini kita analisis dengan menggunakan teori Konseling Behavioral maka dapat dipahami bahwa klien tersebut bermasalah didalam pembelajarannya. Karena, menurut  Skinner dalam teorinya teori Konseling Behavioral menyetakan bahwa “struktur kepribadian individu meliputi pola tingkahlaku yang dipelajri”.   Klien yang sebelumnya adalah seorang yag hidup dalam lingkungan keluarga yang memiliki aturan yang sangat disiplin dan keras, maka ketika tingkahlaku klien saat ini cenderung lebih pendiam dan susah dalam bergaul itu adalah hasil belajarnya dari  pengalaman-pengalamannya didalam lingkungan keluarganya.
Menurut Skinner faktor pengalaman (faktor eksternal) lebih berpengaruh dalam membengtuk tingkahlaku kepribadian seseorang didalam kesehariannya pada saat ini dibandingkan faktor keturunan (faktor internal). Wajar saja klien pada saat ini susah dalam berinterkasi dan cenderung menjadi seorang yang pendiam, itu semua karena perlakuan dari  orang tuanya dan hasil dari pengalamannya pada saat pembentukan kepribadiannya dimasa kecil.
Dalam teori ini juga Skinner menyebutkan bahwa “peranan penguatan (reinforcement) amatlah penting dalam membentuk kepribadian seseorang terutama Self-reinforcement”. Reinforcement ini adalah penguatan yang diberikan oleh pihak luar terhadap individu, baik itu penguatan yang positif maupun penguatan yang negative. Yang terjadi padda diri klien  ternyata pengutan yang negative lebih dominan dari pada penguatan yang positif yang berdampak pada adanya tingkah laku yang tidak baik npada diri  individu klien. Adapun penguatan negative yang diberikan oleh pihak orang tua klien ini seperti selalu memarahi klien ketika ia berbuat salah tanpa menimbangkan faktor penyebab kesalahan yang ia perbuat, dan itu terjadi secara berulang-ulang, ini berdampak kepada kepribadian klien yang selalu menarik diri, lebih pendiam dan  kurang dalam berinteraksi.
2.    Proses Konseling Behavioral
a)    Peran dan fungsi konselor.
Konselor memainkan peran aktif dan direktif dalam memberikan treatment yaitu menerapkan pengetahuan ilmiah dalam memecahkan permasalahan klien. Konselor berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku salah suai diri klien, kemudian mengarahka klien untuk membentuk suatu kondisi yang baru pada dirinya, ia tidak lagi di kekang oleh aturan-aturan yang terlalu berat yang akan menekan kreatifitasnya.
b)   Hubungan antara konselor dan klien.
Konselor berperan sebagai agen pemberi penguatan, namun peran ini tidak berarti konselor berperan sebagai yang membina hubungan yang bersifat mekanis, manipulative dan inpersonal. Konselor harus mengembangkan suasana kepercayaan dengan memperlihatkan bahwa dia memahami dan menerima klien serta konselor dank lien mesti bekerja sama.
c)    Pengalaman klien didalam konseling
Keterlibatan klien dalam proses terapeutik dalam kenyataannya menjadi lebih aktif, dan tidak hanya sebagai penerima teknik-teknik yang pasif. Klien didorong untuk berekperimen dengan tingkah laku barunya, denga tujuan agar tingkah laku klien yang pendiam dan kesulitan dalam berinteraksi sebelumnya dapat diminimalisir dan pada akhirnyanya dihilangkan.
3.    Teknik Konseling Behavioral
Teknik konseling didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari. Jika selama ini klien mendapatkan respon yang terlalu keras dan amat ketat dari orang tuanya, maka ini harus dihapuskan dan dihilangkan dari memori ingatan klien. Sesudah ini dihapuskan maka klien diberikan respon-respon yang baru yang akan menguatkan hal positif pada dirinya, dengan begitu klien akan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dengan baik.
Adapun teknik-teknik umum yang ada didalam Konseling Behavior yaitu:
a)    Shaping ; memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Tingkah laku klien yang selama ini adalah pendiam dan sulit dala bergaul serta berinteraksi dengan lingkunganya maka klien harus mengubahnya, dengan melakukannya secara sistematis dan nyata-nyata  ditampilkan dalam tinggkah laku klien yang baru.
b)   Extinction; mengurangi berlansungnya tingakah laku klie yang selama ini pendiam dan tidak mudah dalam bergaul karena itu adalah tingkah laku yang tidak diinginkannya.


Konseling Realitas (KOREAL)
A.    Biodata Klien
Nama                           : Valderama
Tempat tanggal lahir    : Batu Basa 13 Oktober 1990
Pekerjaan                     : Mahasiswa
Alamat                         : Batu Basa, Kab. Tanah Datar
B.     Deskripsi Kasus
Klien saya yang satu ini merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara. Pada saat ini ia duduk di bangku perkuliahan di salah satu perguruan tinggi, yang mana jurusan yang ia pilih tergolong sulit di kampus tersebut. Ia mengungkapkan kepada saya bahwa ia tidak pernah membuat tugas sama sekali selama ia kuliah, akan tetapi tugasnya itu yang membuatnya adalah temannya. Lebih jelas lagi ia mengungkapkan bahwa temannya siang malam belajar tapi itu masih susah juga untuk wisuda. Ketika saya itu saya coba untuk konfrontasi, “teman anda siang malam belajar belum tentu juga wisuda cepat, dan anda tidak belajar sama sekali bagaimana itu?” dia hanya menjawab semuanya akan wisuda tergantung cepat atau lambat saja, kuliah harus di jalani saja. Berdasarkan ungkapannya itu klien saya ini dalam kuliah tanpa memikirkan lagi kapan ia akan wisuda malahan ia hanya banyak bermain saja kurang harapan terhadap kuliahnya. Cuek terhadap permasalahn perkuliahannya.
Saya mencoba mendalami lagi apa yang terjadi dengan klien saya ini. Ternyata dia berasal dari keluarga yang broken home. Orang tuanya berpisah semenjak dia berumur 7 tahun, ibunya berangkat ke Jakarta sedangkan ayahnya mempunyai istri baru di kampungnya tersebut. Dan dia tinggal dengan kakaknya sampai ia berumur 15 tahun, setelah itu semua kakak-kakaknya pergi merantau dan memiliki keluarga di rantau tersebut dan dia hanya tingga sendiri saja di rumahnya, sampai sekarang ia kuliah masih sendiri jika ia pulang kampong. Jika dia rindu dengan ibunya maka ia harus berangkat ke Jakarta terlebih dahulu. Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis  dengan menggunakan teori Konseling Realitas bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri  klien yang  bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan bagaimana teknik mengetaskannya.

C.    Teori Konseling Realitas (KOREAL)

1.      Pandangan Tentang Kepribadian
·         Perkembangan kepribadian merupakan fungsi dari kebutuhan individu belajar untuk memenuhi kebutuhannya. Jika terpenuhi dengan baik disebut berfungsi secara tepat (responsible/success identity )
·         SI (success identity) berkembang melalui hubungan yang mesra dengan orang tua yang bertanggung jawab. Orang tua ini memilihara dengan cinta, pengajaran, disiplin, dan teladan yang baik.
·         Syarat pada diri anak untuk mengembangkan SI-nya yaitu merasa dicintaidan berguna.
·         Dasar-dasar SI ada tiga yaitu
-          Right : normanorma yang berlaku
-          Responsibility : kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi  tanpa mengganggu pemenuhan kebutuhan orang lain.
-          Reality : acuan nyata bagi pemenuhan kebutuhan pribadi.
2.      Kasus
·         Apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, ia akan kehilangan hubungan dengan  kenyataan, persepsinya terhadap kenyataan menjadi kacau.
·         Penyebabnya yaitu kegagalan orang tua, guru, sekolah memenuhi kebutuhan cinta anak mereka, tidak pernah belajar bertingkah laku secara bertanggung jawab serta kegagalan individu memperoleh hubungan yang baik dengan orang-orang baginya amat penting.
3.      Tujuan Konseling Realitas
·         Konseling merupakan tempat yang secara khusus mengajar atau melatih klien apa-apa yang seharusnya dilakukan didalam hidupnya, pengajaran atau latihan itu dilaksanakan dalam waktu singkat.
·         Mengajar klien memenuhi kebutuhannya dengan mempergunakan pedoman  R3.
4.      Teknik Konseling Realitas
Teknik umum yang dapat dipakai secarab fleksibel oleh konselor :
a)      Personal : menciptakan suasana hangat dan penuh perhatian terhadap klien.
Dalam mengentaskan masalah klien ini konselor harus menerima klien dengan sepenuh  hati dan memberikan perhatian secara tulus. Ini dilakukan agar klien meras nyaman ketika menjalani  proses konseling.
b)      Menekankan sekarang (kekinian) : menekankan berfungsinya klien sekarang, bukan masa lalu.
c)      Mempertimbangkan nilai : yaitu klien diajak untuk mempertimbangkan apakah dengan tingkah lakunya sendiri  menguntungkan atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Jika hal itu jelas merugikan maka klien harus meninggalkan tingkah lakunya yang lama tersebut.
d)     Merencanakan : klien diajak untuk membuat rencana khusus untuk mengubah tingkahlaku yang tidak responsible. Semoga dengan rencana yang telah disusun tersebut kelin dapat menjalankannya dan meninggalkan tingkah laku lamanya.
e)      Tidak ada maaf : apabila rencana perubahan yang dibuat itu tidak terlaksana, atau tidak membuahkan hasil, konselor tidak bertanya mengapa (dengan demikian memberikan maaf) namun membantu klien membuat rencana lebih baru lagi yang selanjutnya.
Tidak ada hukuman : konselor tidak menghukum, sebab menghukum akan memperkuat FI. Dalam pada itu konselor memberikan kesempatan kepada  klien merasakan akibat akibat dari tingkahlakunya yang salah selama ini yaitu suka berdiam diri, bermenung, dan tidak mau bergaul dengan orang lain.

D.    Analisis Kasus
1.      Memahami kepribadian klien
Masalah yang paling utama yang di hadapi oleh klien saya ini adalah kurangnya mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan juga keluarganya yang lain, menyebabkan dia cuek terhadap kehidupannya dan bahkan dia sudah tidak memikirkan lagi apa yang akan terjadi pada dirinya untuk masa yang akan mendatang.
Jika kita analisis dengan teori dengan menggunakan teori Konseling Realitas maka dapat dipahami bahwa klien tersebut perkembangan kepribadiannya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Dalam hal ini orang tua berperan penting dalam perkembangan tingkah anak.
Menurut pandangan Glasser dalam teori Realitas ini menyatakan bahwa “perkembangan kepribadian merupakan fungsi dari bagaimana individu belajar untuk memenuhi kebutuhannya, yang dapat memenuhi dengan baik, disebut berfungsi secara tepat (responsible) – success identity (SI). Sedangkan yang tidak baik disebut berfungsi secara tidak baik (irresponsible) – failure identity (FI)”. Adapun masalah yang terjadi pada klien adalah mengalami tekanan mental yang disebabkan oleh perlakuan orang tuanya yang berdampak kepada tidak baiknya perkembangan tingkah laku dan kepribadiannya seperti pendiam, sering murung dan tidak mau bergaul dengan orang lain, ini berarti dia irresponsible atau tidak berfungsinya pemenuhan secara baik yang disebut juga dengan failure identity.
Perkembangan kepribadian menurut Glasser dalam teorinya ini menyatakan bahwa “Succes Identity (SI) akan berkembang dengan baik apabila seseorang melalui hubungan yang mesra, baik  serta harmonis dengan orang tuanyayang bertanggung jawab. Orang tua tersebut memelihara anaknya dengan cinta, pengajaran yang baik, disiplin, dan juga teladan. Dan SI ini akan berkembang pada diri sang anak apabila ia merasa dicintai dan merasa berguna”.
Maka wajar saja klien tersebut mengalami ketidaksehatan mental ini terkait dengan perlakuan orang tuanya yang tidak baik, seperti suka memarahi, berkata kasar dan memojokkan diri klien, dengan sendirinya klien akan merasa tidak dicintai dan dirinya tidak  berguna yang pada akhirnya perkembangan Succes identitynya terganggu.

2.      Teknik Konseling Realitas
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa teknik konseling realitas yang tepat untuk menangani masalah klien ini adalah dengan cara menerima klien dengan hangat, Menekankan sekarang (kekinian), Mempertimbangkan nilai, Merencanakan, Tidak ada maaf. Pada teknik ini klien memang di tekankan pada perubahan tingkah laku serta sikap klien terhadap dirinya.

Konseling Tauhid
A.    Biodata Klien
Nama                           : Sukri Firmanda
Tempat tanggal lahir    : Bukit Tinggi 09 Juni 1986
Pekerjaan                     : Wira Swasta
Alamat                         : Batu Basa, Kab. Tanah Datar
B.     Deskripsi Kasus
Saya memiliki seoarang klien yang berprofesi sebagai seoarang wira swasta, ia notabenenya berasal dari keluarga yang taat beribadah yang telah diterapkan oleh orang tuanya dari kecil sampai ia berkeluarga. Hal yang sudah diterapkan oleh keluarganya dalam melaksanakan ibadah selalu ia laksanakan dan di terapkan juga pada istrinya.
Akan tetapi ia memiliki sebuah masalah yang ia hadapi, ia mengungkapkan kepada saya ia selalu dilindungi oleh kakeknya yang telah meninggal dan itu sangat di yakininya sehingga ia harus menyiapkan sejenis sesajian untuk roh kakeknya tersebut. Lebih jelas ia mengungkapkannya lagi bahwa ketika ia tidak menyediakan semacam sesajian tersebut badannya terasa panas. Dan sampai saat saat ini ia percaya bahwa roh kakeknya tersebut selalu berada dedekatnya. Meskipun ia rajin melaksanakan ibadah.
Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis  dengan menggunakan teori Konseling Tauhid bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri  klien yang  bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan bagaimana teknik mengetaskannya?

C.    Teori Konseling Tauhid
1.      Pandangan Tentang Manusia
·         Tugas hidup manusia di bumi ini  adalah di utus untuk  menjadi (Khalifah) pemimpin.
·         Tujuan hidup manusia diatas dunia ini yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah.
2.      Perkembangan kepribadian manusia
Perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh dua faktor yaitu :
a)      pertama, faktor hereditas (keturunan). Dalam hadits nabi SAW. terdapat isyarat mengenai pengaruh faktor pembawaan atau hereditas ini :
“Hendaklah kalian menikahi keturunan yang saleh sebab pangkal menyisip”. (HR. Ibnu ‘Abdi dari Annas bin Malik)
b)      Kedua,  faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan ini adalah pengaruh daripada lingkungan tempat tinggal seseorang seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan juga daerah tiempat tinggal seseorang. Ini sesuai dengan hadits nabi SAW :
“Tiada seorang anak pun yang lahir, kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu beragama yahudi, nasrani atau majusi”. (HR. Bukhari – Muslim).
2.      Kasus
Berdasarkan konsep konseling ini, pribadi yang berkasus memiliki ciri-ciri yaitu:
a)      Tidak mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya dengan diri sendiri
Menurut konsep ini, bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri yaitu :
·         Ego tidak berfungsi penuh, tidak serasinya antara Id, ego dan super ego
·         Dikuasasi kecemasan
·         Tertutup
·         Rendah diri
·         Kurang kesadaran diri
·         Menolak diri sendiri.
b)      Tidak mampu mengatur diri dalam hubungan dengan orang lain.
Menurut konsep ini pribadi yang tidak mampu mengatur hubungan dengan orang lain memiliki ciri-ciri, yaitu :
·         Egois dan tidak mau menyumbang hanya ingin menerima
·         Memandang diri sendiri benar sedang orang lain jelek
·         Tidak konstruktif
·         Memenuhi kebutuhan sendiri dengan tidak peduli.
c)      Tidak mampu mengatur diri dalam hubungan dengan lingkungan.
Pribadi yang tidak mampu mengatur hubungan  diri sendiri dengan lingkkungan adalh pribadi yang tidak mampu berinteraksi dan mengelola lingkungannya secara baik, sehingga bisa melakukan hal-hal yang membuat lingkungan menjadi rusak.
d)     Tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah SWT.
Menurut Al-Qur’an pribadi yang tidak mampu mengatur dirinya sendiri dengan Allah SWT adalah pribadi yang kufur dan syrik. Pribadi yang kufur adalah pribadi yang tidak beriman dan tidak menjalankan syariat Allah  SWT.

1.      Tujuan Dan Teknik Konseling Tauhid
Ada beberapa tujuan konseling ini yaitu :
·         Agar orang  yakin bahwa Allah SWT adalah penolong utama dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi.
·         Agar orang   sadar bahwa manusia tidak ada yang bebas dari masalah, oleh sebab itu manusia wajib berikhtiardan berdo’a kepada Allah agar dapat menghadapi masalahnya secara wajar dan dapat memecahkan masalahnya sesuai dengan tuntutan Allah SWT.
·         Agar orang sadar bahwa akal dan budi yang dianugrahkan oleh Allah itu harus fungsikan sesuai dengan ajaran Islam.
·         Mensejahterakan kehidupan lahir batin serta kebahagiaan didunia dan diakhirat berdasarkan ajaran Islam.
Adapun teknik dalam prose konseling ini yaitu :
a)      Teknik yang bersifat Verbal
-          Penerimaan klien
Tahap awal yang harus dilakukan adalah menerima klien secara positif dan tidak menunjukkan penolakan. Wajah yang berseri tanpa menampakkan muka masam adalah merupakan suatu bentuk kebaikan.
-          Ajakan berbicara pada klien
Perkataan rasulullah sarat dengan makna. Beliau memiliki kemampuan dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan hanya sedikit kata. Didalam teknik konseling tauhid ini juga seperti konseling secara umum, klien diajak untuk membicarakan masalah yang dihadapinya, kemudian dianalisis masalah tersebut dan dilakukan proses pembinaan.
b)      Teknik yang bersift non verbal.
Yaitu klien disuruh untuk berdoa dan meminta kepada Allah agar ia bisa keluar dari masalahnya, disamping itu konselor juga mendoakan klien agar bisa terbaebas dari masalah yang dihadapinya. Karena bagaimanapun juga tetaplah tuhan yang menentukan kebaikan dan keburukan yang terjadi pada manusia itu sendiri.

D.    Analisis Kasus
1. Memahami kepribadian klien
        Masalah yang paling mendasar yang terjadi pada diri klien saya yang satu ini merupakan masalah keimanan dan akidah, keimanan yang lemah yang dimilikinya sehingga ia percaya pada roh bisa melindunginya dan pemahaman agama yang kurang mantap. Memang ia telah melaksanakan ibadah dengan baik namun kurangnya ilmu pengetahuan terhadap agama membuat dia percaya pada mahkluk halus yang bisa melindunginya.
Jika kita analisis masalah klien ini dengan menggunakan Konseling Tauhid, maka klien tersebut bermasalah pada akidah dan ilmu pengetahuannya terhadap agama yang ia yakini tersebut.  Dalam perkembangan kepribadian manusia dalam pandangan islam  terdapat dua faktor yang mempengaruhi yaitu pertama, faktor hereditas (keturunan). Dalam hadits nabi SAW. Kedua,  faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan ini adalah pengaruh daripada lingkungan tempat tinggal seseorang seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan juga daerah tiempat tinggal seseorang. Ini sesuai dengan hadits nabi SAW :
“Tiada seorang anak pun yang lahir, kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu beragama yahudi, nasrani atau majusi”. (HR. Bukhari – Muslim).
jadi faktor lingkungan sangat berperan penting dalam kehidupan manusia khususnya pada perkembangan kepribadian manusia di lihat dari aspek hubungannya sesama manusia dan hubungannya dengan Allah dalam rangka beribadah.
2.  Teknik Konseling Tauhid
Adapun teknik dalam prose konseling ini yaitu :
a.    Teknik yang bersifat Verbal
-       Penerimaan klien
Tahap awal yang harus dilakukan adalah menerima klien secara positif dan tidak menunjukkan penolakan. Wajah yang berseri tanpa menampakkan muka masam adalah merupakan suatu bentuk kebaikan.
-       Ajakan berbicara pada klien
     Perkataan rasulullah sarat dengan makna. Beliau memiliki kemampuan dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan hanya sedikit kata. Didalam teknik konseling tauhid ini juga seperti konseling secara umum, klien diajak untuk membicarakan masalah yang dihadapinya, kemudian dianalisis masalah tersebut dan dilakukan proses pembinaan.
b.    Teknik yang bersift non verbal.
Yaitu klien disuruh untuk berdoa dan meminta kepada Allah agar ia bisa keluar dari masalahnya, disamping itu konselor juga mendoakan klien agar bisa terbaebas dari masalah yang dihadapinya. Karena bagaimanapun juga tetaplah tuhan yang menentukan kebaikan dan keburukan yang terjadi pada manusia itu sendiri.
               Jadi, penerimaan klien haruslah dilakukan dengan baik, sehingga timbul kepercayaan diri klien terhadap konselor, cara-cara yang kita anjurkan lebih kepada pendekatan terhadap tuhan dan ilmu pengetahuan sehingga apa yang dia pahami tentang akidah menjadi sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah.

Konseling Rasional Emotif (KOREM)
A.    Biodata Klien
Nama                           : Era Susanti
Tempat tanggal lahir    : Ampang, 15 April 1972
Pekrjaan                       : Ibu Rumah Tangga
Alamat                         : Sarang Gagak, Kel. Anduring, Padang
B.     Deskripsi Kasus
Saya memiliki klien yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 3 anak. Yang kegiatan sehari-harinya hanya membuat gorengan yang ia jual pada kedai-kedai yang ada di sekitar rumahnya tersebut. Dan suaminya tidak bekerja lagi, karena mengalami penyakit asam urat yang telah akut/parah. Tapi ia mengungkapkan kepada saya bahwa kebutuhannya banyak sekali, dengan pekerjaannya itu, itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Akan tetapi 3 tiga anaknya sekolah di sekolah yang mahal, dan membelikan barang-barang yang bersifat mahal ketika ia mendapatkan ia dari usaha pembuatan gorengan tersebut, dan keinginanya lagi ingin membelikan ini itu yang bersifat mahal, sedangkan penghasilannya hanya sedikit jadi tidak seimbang lagi antara pendapatan dengan pengeluaran.
Maka, dari itu permasalahan ini akan dianalisis  dengan menggunakan teori Konseling Rasional Emotif bagaimana pandangam teori ini tentang kepribadian diri  klien yang  bermasalah, apa yang menyebabkan tingkah laku salahsuainya, dan bagaimana teknik mengetaskannya.
C.    Teori Konseling Rasional Emotif (KOREM)
1.      Pandangan Tentang Manusia
·         Manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat secara rasional ataupun tidak rasional
·         Berpikir dan merasa itu sangat dekat bergandengan antara satu dengan yang lainnya.
·         Apa yang dipikirkan dan dirasakan sekaligus mengambil bentuk self-talk (ST) yang selanjutnya menyerahkan individu bertindak rasional atau tidak rasional.
2.      Pandangan Tentang Kepribadian (perkembangan dan tingkahlakunya)
·         Perkembangan kepribadian manusia yaitu ia tercipta untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri, kemampuan untuk self-destructive (SD), hedonis, buta dan menolak aktualisasi diri.
·         Tingkah laku berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa  (A) yang diikuti oleh perasaan tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan (B) berpikir rasional atau tidak rasional.
3.      Kasus (tingkah laku salah suai)
·         permaslahan emosional hampir selalu terkait dengan perhatian individu yang selalu besar terhadap apa yang dikatan orang lain kepadanya.
·         Individu mengalami perasaan tidak enak (sebagai akibat dari peristiwa), ia dapat rasional juga dapat tidak rasional.
·         Irrational belief (IB) mecekam individu
·         IB sering mendapat penguatan sepanjan perkembangan individu (oleh orang tua, sekolah, anggota masyarakat, da lembaga-lembaga).
4.      Tujuan Konseling Rational Emotif
a)      Mengubah pemikiran yang tidak logis
b)     Memerangi pemikiran yang tidak rasional (iB) pada diri klien yang melatar belakangi berbagai ketakutan/kecemasannya, dan menggantinya dengan pemikiran yang rasional.
5.      Teknik Konseling Rational Emotif
Ada tiga pola dasar dalam teknik konseling ini yaitu :
a)      Konseling kognitif, memperlihatkan kepada klien bahwa ia harus meninggalkan sikapnya yang perfeksionistik apabila ia ingin lebih bahagia.
b)      Konseling emotif-evokatif  mengubah sistem nilai klien. Berbagai teknik digunakan untuk menyadarkan klien yang benar dan yang salah.
c)      Konse,ling behavior  mengembangkan pola berpikir da bertingkah laku yang baru segera setelah klien menyadari kesalahan-kesalahannya, teknik yang dipakai bersifat eklektik.

D.    Analisis Kasus
1.      Memahami kepribadian klien
Menurut pandangan  Ellis dalam teorinya ini menyatakan “bahwa manusia memiliki kemapuan inheren untuk berbuat secara rasional atau tidak rasional. Berpikir dan dan merasa itu sangat dekat hubungannya, pikiran seseorang bisa menjadi perasaannya, dan sebaliknya”. Ini dapat diartikan bahwa manusia itu secara penuh dapat menentukan apakah dia akan bertindak secara rasional (masuk akal) atau pun bertindak irasional (tidak masuk akal).
Perkembangan kepribadian menurut Ellis menyatakan bahwa ”manusia tercipta dengan dorongan yang kuat  untuk mempertahankan diri dan memuaskan dirinya. Kemampuan untuk self-destructive  (SD), hedonis buta, dan menolak aktualisasi diri. Dan juga  individu sangat mudah di pengaruhi oleh orang lain (suggestible)”. Maka yang terjadi pada klien adalah suatu tindakan yang tidak terkontrol dalam memenuhi pemuasan diri, ia cenderung mengikuti pemikiran irasionalnya hingga ia pun bertindak yang irasional yaitu memuaskan diri dengan main game sepanjang waktunya hingga ia mengabaikan segalanya.
Jadi, Berdasarkan teori tersebut maka hal yang paling mendasar yang terjadi pada diri klien saya ini adalah berpikir secara irasional dimana pendapat yang ada pada klien tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Yang mana pendapatan klien sedikit sedangkan dia selalu ingin membelikan barang ataupun benda dalam bentuk mewah atau mahal.
2.      Teknik Konseling Rasional Emotif
Ada tiga pola dasar dalam teknik konseling ini yaitu :
d)      Konseling kognitif, memperlihatkan kepada klien bahwa ia harus meninggalkan sikapnya yang perfeksionistik apabila ia ingin lebih bahagia. Maka yang harus dihindari oleh klien saya menurut teori ini adalah menghindari pengeluaran yang tidak terlalu penting dengan mempertimbangkan pendapatan.
e)      Konseling emotif-evokatif  mengubah sistem nilai klien. Berbagai teknik digunakan untuk menyadarkan klien yang benar dan yang salah. Dalam hal ini penyadaran terhadap klien atas apa yang ia miliki saat ini dan mencoba mengajak klien untuk berpikir rasional.
f)        Konse,ling behavior  mengembangkan pola berpikir dan bertingkah laku yang baru segera setelah klien menyadari kesalahan-kesalahannya, teknik yang dipakai bersifat eklektik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar