Tengah ku ingat kisah wanita
tua.. Yang di tinggal maut oleh suami
tercinta, punya 5 orang anak laki-laki , 2 di antaranya, telah lebih dahulu
menghadap ilahi. Yaitu anak pertama dan kedua, Anak yang ketiga ia hanya sibuk
dengan harta dagangannya, anak serta istrinya, sehingga hanya sekali-kali ia
menjenguk wanita tua tersebut dengan membawakan makanan dan membersihkan rumahnya
termasuk semak-semak belukar yang ada di sekitar rumah wanita itu. Anak yang ke
empat, ia adalah anak yg penyabar. Setiap malam ia selalu menemani wanita tua
tersebut, sekalipun ia harus meninggalkan anak serta istrinya. Dalam keseharian
ia selalu memasakkan nasi, merebuskan air, dan membawakan makanan yang di masak sang istri
untuk wanita tua tersebut, terkadang ia membawa anak-anaknya untuk bermalam di
rumah wanita tua itu. Di kala pagi tiba,
ia membersihkan dan memandikan wanita tua tersebut, serta mencucikan pakaiannya
dan menyuapi makananya. Ketika menjelang siang, ia pulang ke rumah istrinya
mencari nafkah serta memenuhi kewajibanya sebagai seorang suami dan seorang
ayah. Sedangkan si bungsu, rumahnya
hanya di batasi mesjid dari rumah wanita tua tersebut, tetapi ia hanya di
sibukkan oleh harta, anak serta istrinya. Ia anak yang pembangkang, keras suara
dan selalu menghabiskan harta wanita tua tersebut, dari segi isi kebun, sawah
dan ladang ia yang paling menguasai karena rumahnya yang paling berdekatan
dengan wanita tua tersebut. Sehingga hanya dia yang bisa di harap mengurusi
harta wanita tua itu. Setiap sore si bungsu selalu menutupkan jendela_jendela rumah wanita tua itu, dan
menemaninya sampai anak yang ke empat datang. Semakin hari semakin tak berdaya,
hingga tahun berganti tahun wanita itu
hanya mampu tidur dan berbaring dalam sakitnya di masa tua. Hari semakin hari
sakitnya pun semakin parah. Hingga, waktu itu senin malam, wanita tua itu
menghadapi syakharatul maut. Dan mendapati ajalnya menjelang subuh.. ketiga
bersaudara tersebut berkumpul di sertai anak, istri, tetangga dan dusanak
terdekat mereka. Saat itu anak kempat sangat-sangat terpukul, ibunda tercinta
telah pergi menghadap ilahi.. Tau kah kalian siapa anak yang ke empat tersebut?
Dia adalah ayahku.... Itulah kali pertama aku melihat ayah meneteskan air mata.
Sewaktu nenek masih hidup, aku pernah
bertanya, Ayaah.. Kenapa setiap malam ayah harus ketempat nenek? Bukankah ada saudara-saudara
ayah yang sekali-kali apa salahnya mereka menggantikan ayah menemani nenek.
Ayah hanya berkata. "Begitulah cara ayah memperoleh berkah hidup dari
nenekmu". Dialah ayahku. Yang
mencintai nenek sepanjang hidupnya, menyayangi nenek hingga maut menjemput yang
tak pernah sekalipun ayah berkata kasar terhadapnya..
Ketika aku sering berselisih
paham dengan saudara-saudaraku, ayah
hanya berkata, ayah sekarang tinggal bertiga bersaudara, sekalipun ayah tidak
suka dengan sikap saudara-saudara ayah, ayah hanya diam. Jarang sekali kami
bertengkar sedari kecil. Kenapa anak ayah tak seperti ayah dan saudara-saudara
ayah? Tak kah kalian memperhatikan bagaimana kami saling berintraksi, menghargai
walau diam adalah cara menunjukkan ketidak sukaan!
Sekarang kekasihku adalah
orang yang nasibnya hampir sama betul dengan ayah. Ia adalah Muhammad Iqbal
Mayudi, anak kedua dari 5 orang bersaudara dan mereka lelaki semua. Dari kisah
ayah Aku hanya berharap semoga kekasihku
yang akan menjadi suami ku kelak, adalah orang yang persis sama seperti ayah,
yang mencintai 2 wanitanya sepenuh hati jiwa dan raga. Yaitu ibu dan nenek, dan
kami adalah bukti buah cinta mereka. :)
salam manis di malam ini.
By Aisyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar